Apa arti kejatuhan Silicon Valley Bank bagi ekosistem start-up?
Upaya untuk meningkatkan modal menjadi sangat salah - itu adalah cara paling sederhana untuk menggambarkan situasi Silicon Valley Bank (SVB) saat ini. Saham bank yang berbasis di Santa Clara, California, pemberi pinjaman utama untuk perusahaan rintisan teknologi, jatuh di pasar pada hari Kamis. Sahamnya turun lebih dari 60% karena investor menarik simpanan mereka dari bank ini.
Mengapa artikel ini penting?
Sektor teknologi telah melalui fase menantang yang diganggu oleh ketidakpastian ekonomi, penurunan pendapatan, dan pemutusan hubungan kerja. Investor khawatir tentang resesi yang akan datang. Hal ini membuat mereka skeptis. Akibatnya, pendanaan untuk start-up turun drastis. Tidak ada yang mengharapkan sektor teknologi pulih dengan cepat, tetapi situasi SVB, jika memburuk, pasti akan mendorong pemulihan lebih jauh.
SVB mengumumkan penjualan saham senilai $1,75 milyar
Masalah SVB dimulai pada hari Rabu. Bank tersebut mengejutkan pasar ketika mengumumkan penjualan saham senilai $1,75 milyar, yang terdiri dari $1,25 milyar saham biasa dan $500 juta saham preferensial. Selain itu, General Atlantic setuju untuk membeli $500 juta saham biasa. Penjualan saham itu untuk mengimbangi kerugian $1,8 milyar yang disebabkan oleh penjualan portofolio obligasi yang merugi sebesar $21 milyar.
Pengumuman bank yang tiba-tiba membuat kliennya ketakutan
Bukan hal yang aneh bagi bank untuk meningkatkan modal, jadi apa yang menyebabkan kehancuran setelah pengumuman SVB? Biasanya bank meningkatkan modal, tetapi penggalangan dana skala besar dalam waktu singkat selalu merupakan ide yang buruk. Pengumuman SVB membuat banyak kliennya ketakutan. Penjualan saham menimbulkan pertanyaan tentang likuiditas bank dan kemampuannya untuk tetap bertahan.
Start-up menarik uang tunai dari SVB
SVB adalah bagian integral dari ekosistem start-up. Bank ini melakukan bisnis dengan hampir setengah dari perusahaan baru yang didukung VC di AS dan 44% perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang go public tahun lalu. Kedua sektor tersebut terpukul keras oleh kenaikan suku bunga. Hal ini memaksa perusahaan untuk menarik uang tunai mereka dari bank, yang mengakibatkan SVB berusaha untuk meningkatkan modal.
SVB dipandang sebagai kekuatan penyeimbang dalam ekosistem start-up
Ekosistem start-up yang terkepung tidak membutuhkan krisis seperti sekarang ini. SVB telah menjadi urat nadi start-up teknologi sejak lama. Ketika pemberi pinjaman tradisional menghindari mengambil risiko, SVB muncul. Di dunia start-up yang bergejolak, SVB dipandang sebagai kekuatan yang menstabilkan. Namun, manuver keuangan bank ini telah menimbulkan peringatan di seluruh lembah.
Krisis SVB dibandingkan dengan krisis Lehman Brothers pada tahun 2008
Kesulitan SVB adalah perhatian besar bagi ekosistem start-up yang sudah kesulitan. Beberapa start-up dilaporkan meminta pendirinya untuk menarik uang mereka dari SVB agar aman. Banyak yang membandingkan kejatuhan SVB dengan kebangkrutan Lehman Brothers pada 2008. Namun, masih ada waktu bagi SVB untuk melewatinya. CEO bank itu, Greg Becker, meminta klien untuk "tetap tenang".