Perputaran Planet Ekstrasurya Menunjukkan Bagaimana Bumi Mungkin Menemui Ajalnya
Sebuah planet ekstrasurya yang dikenal sebagai Kepler-1658b berputar mendekat ke bintang induknya. Ini adalah pertama kalinya para astronom dapat mengamati orbit yang melemah dari sebuah planet ekstrasurya di sekitar objek induk yang berevolusi atau berubah menjadi objek induknya. Periode orbitnya berkurang dengan kecepatan sekitar 131 milidetik per tahun yang menunjukkan bahwa planet ekstrasurya ini bergerak mendekati bintangnya.
Periode orbitnya berkurang 131 milidetik per tahun
Proses melemahnya orbit planet ekstrasurya adalah proses yang lambat dan untuk mendeteksinya bukanlah tugas yang mudah. Menurut penelitian, periode orbit Kepler-1658b berkurang dengan kecepatan 131 milidetik (atau seperseribu detik) per tahun. Hal ini sudah dipantau selama bertahun-tahun dengna teleskop luar angkasa Kepler oleh Palomar Observatory's Hale Telescope di California Selatan, dan Transiting Exoplanet Survey Telescope (TESS).
Kepler-1658b mengorbit ke bintang induknya setiap 3,8 hari
Ketika sebuah planet ekstrasurya melintasi permukaan bintangnya, itu disebut transit dan hal ini menyebabkan redupnya kecerahan bintang jika dilihat dari Bumi. Kepler-1658b memiliki periode orbit yang pendek, yaitu 3,8 hari, tidak seperti kurun orbit 88 hari milik Merkurius, dan para astronom telah mampu mengamati proses transit regulernya. Interval antara transit planet ekstrasurya itu perlahan namun pasti, terus menurun selama 13 tahun terakhir.
Apa penyebab melambatnya orbit ini?
Melambatnya orbit Kepler-1658b diperkirakan disebabkan oleh interaksi pasang surut dengan bintang induknya. Fenomena yang sama menyebabkan naik turunnya lautan di planet kita akibat efek gravitasi yang berasal dari Bumi dan Bulan. Interaksi pasang surut dapat membawa benda yang mengorbit ke dalam, seperti milik Kepler-1658b, atau mendorongnya ke luar, seperti Bulan kita yang semakin jauh.
Studi ini dapat mengubah model fisika pasang surut di planet Bumi
"Sekarang kita memiliki bukti inspirasi sebuah planet di sekitar bintang yang berevolusi, kita benar-benar dapat mulai menyempurnakan model fisika pasang surut kita," kata Shreyas Vissapragada, astrofisikawan planet. "Sistem Kepler-1658 dapat berfungsi sebagai laboratorium selestial, dengan cara ini untuk tahun-tahun mendatang, dan jika beruntung, akan segera ada lebih banyak lagi laboratorium ini."
Akankah hal seperti ini terjadi pada Bumi dan Matahari?
Kepler-1658 semakin dekat dan pada akhirnya akan bertabrakan dengan bintang induknya. Nasib "kematian bintang" yang sama mungkin menimpa Bumi miliaran tahun dari sekarang seiring bertambahnya usia Matahari. Saat Matahari mulai mati, ia akan mengembang menjadi bintang raksasa merah yang cukup besar sehingga dapat menelan Merkurius dan Venus, dan mungkin juga Bumi, seperti yang dijelaskan oleh NASA.