Ilmuwan ciptakan 'embrio sintentis' lengkap dengan otak dan jantung
Sekelompok ilmuwan Israel berhasil melakukan terobosan besar dalam dunia biologi melalui "embrio sintetis" pertama di dunia. Embrio sintetis tingkat lanjut (sEmbryos) itu diciptakan para ilmuwan dari Weizmann Institute menggunakan sel-sel induk dari tikus. Prosesnya tidak melibatkan telur, sperma, dan pembuahan. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Cell.
Mengapa artikel ini penting?
Penciptaan embrio sintetis bisa menjadi salah satu penemuan paling inovatif dalam sepuluh tahun terakhir. Temuan tersebut dapat menyediakan sumber jaringan dan sel baru untuk transplantasi manusia. Kita memang belum sampai ke tahap tersebut, tetapi dampak eksperimen ini akan jauh lebih luas daripada yang diperkirakan. Timbul pula pertanyaan mengenai aspek legalitas dan etika dari embrio sintetis.
Dalam kondisi awal sel induk dapat menjadi beberapa bentuk
Sel-sel induk tikus diperlakukan melalui proses kimia untuk mengembalikannya ke kondisi pluripoten naif sehingga bisa menjadi semua jenis sel, termasuk jantung, hati, otak, atau lainnya. Sel-sel naif ini dibagi menjadi tiga kelompok. Dua di antaranya diberi perlakuan tambahan agar menghasilkan banyak gen untuk membuat plasenta dan yolk sac (kantong kuning telur).
Ilmuwan yang sama mengembangkan rahim buatan tahun lalu
Kelompok ilmuwan yang sama juga mendapat pemberitaan tahun lalu ketika mereka mengembangkan rahim buatan untuk menumbuhkan embrio tikus alami. Bioreaktor yang sama pun digunakan dalam percobaan itu. Tiga kelompok sel induk dimasukkan dalam rahim buatan tersebut agar bercampur dan berbaur. Sel-sel ini kemudian bersatu membentuk gumpalan-gumpalan.
Embrio berada dalam bioreaktor selama 8,5 hari
Dari 10.000 gumpalan sel, hanya 50 yang melanjutkan perkembangannya menjadi struktur yang menyerupai embrio. Embrio sintetis berkembang selama 8,5 hari (hampir separuh dari masa kehamilan tikus biasa). Bentuknya berubah dari bulat menjadi memanjang. Sistem saraf pusat muncul pada hari ke-6 lalu menjadi otak kecil yang keriput. Pada hari ke-8, gumpalan itu mengembangkan saluran usus dan jantung kecil yang berdetak.
Peneliti ingin menemukan bagaimana sel-sel tahu tugasnya
Jika dibandingkan dengan struktur internal dan gen embrio tikus alami, model sintetis ini menunjukkan 95% kemiripan. Profesor Jacob Hanna, pemimpin tim peneliti, menungkapkan, "Tantangan kami berikutnya adalah menemukan bagaimana sel-sel induk tahu tugasnya, bagaimana sel-sel membentuk diri menjadi organ dan mencari tempat masing-masing dalam embrio."
Embrio sintetis manusia akan digunakan untuk tujuan medis
Hanna sudah mendirikan sebuah perusahaan bernama Renewal Bio yang bertujuan untuk mengembangkan embrio sintetis manusia. Dia ingin menyediakan jaringan dan sel untuk tujuan medis. Namun, embrio sintetis manusia tidak dianggap sebagai prospek jangka pendek. Jika kita mempertimbangkan penciptaan embrio tikus sintetis yang masih jauh dari efisien, mungkin perlu waktu lama sebelum temuan itu diterapkan pada embrio manusia.
Menentukan batas-batas etika
Eksperimen seperti ini selalu mengundang beberapa pertanyaan etis. "Tikus menjadi titik tolak kita berpikir tentang pendekatan pada manusia," jelas Alex Meissner dari Max Planck Institute for Molecular Genetics. Pertanyaan pentingnya adalah, "seberapa jauh kita ingin melanjutkan?" tambahnya. Tentunya menentukan batasan tersebut sangat penting.