Daur ulang limbah plastik campuran makin mudah; tidak perlu dipilah lagi
Konon gelas stirofoam, pembungkus makanan, dan botol minuman tidak bisa didaur ulang bersama. Kini tidak lagi. Para peneliti dari Colorado berhasil menemukan cara untuk mengatasinya. Dalam sebuah penelitian terkini yang dimuat di Science, para peneliti sukses merumuskan proses dua langkah unik yang secara efektif mengurai limbah plastik campuran menjadi bahan kimia yang berguna melalui perlakuan unsur kimia dan biologis.
Mengapa artikel ini penting?
Tidak bisa dimungkiri plastik masih dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan plastik yang paling menonjol berupa gelas, piring, atau botol sekali pakai. Penelitian baru menunjukkan, plastik campuran bisa didaur ulang secara efektif melalui penggabungan panas dan bakteri sehingga menghasilkan produk yang bermanfaat. Namun, pertanyaannya adalah, seberapa laku produk itu nantinya?
Penelitian ini terinspirasi penelitian tahun 2003
Penelitian saat ini terinspirasi dari penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 oleh perusahaan kimia, DuPont. Kala itu perusahaan tersebut berusaha mengonversi zat kimia berbasis panas dari lima polimer utama: polietilen (PE), polivinil klorida (PVC), polistirena (PS), polietilen tereftalat (PET), dan polipropilena (PP). Prosesnya meliputi oksidasi aerobik langsung dengan katalis berbasis kobalt atau mangan. Sebagai contoh, PS berhasil diubah menjadi asam benzoat dengan hasil 88%.
Unsur biologis disertakan dalam penelitian terbaru
Inovasi dalam penelitian terbaru adalah penyertaan sebuah unsur biologis pada langkah kedua setelah perlakuan kimia. Para peneliti menggunakan Pseudomonas putida, bakteri yang serbaguna secara metabolik yang biasanya direkayasa untuk pemanfaatan berbagai sumber karbon. Mikroorganisme dibiarkan mengonsumsi asam organik teroksigenasi yang dihasilkan dari langkah pertama, seperti asam dikarboksilat dari PE dan asam tereftalat dari PET.
Produk kimia dari bakteri digunakan untuk membuat 'biopolimer'
Bakteri ini menghasilkan dua produk kimia, yang masing-masing digunakan untuk membuat polimer atau 'biopolimer' yang lebih berkualitas. Selama fase pengembangan awal dalam proses konversi, pelet polimer murni melalui uji coba. Kemudian, plastik campuran dari produk-produk yang biasa digunakan seperti botol minuman PET sekali pakai, gelas stirofoam, dan botol susu HDPE (High-density Polyethylene) dipakai dalam percobaan.
Pengembangan tergantung pada daya saing ekonomi
Hambatan utama dari teknik baru ini adalah suhu proses auto-oksidasi awal. Karena setiap jenis plastik memerlukan suhu yang berbeda, para peneliti kini akan mengoptimalkan proses konversi kimia untuk meningkatkan proporsi hasil. Namun, permintaan produk akhir yang dihasilkan dari proses konversi biologis ini lebih kecil dibandingkan dengan kuantitas sampah plastik.