Setelah "Quiet Quitting", Sekarang "Loud Quitting" Adalah Tren Baru Di Kantor
Lingkungan tempat kerja terus berkembang dengan munculnya tren baru. Setelah munculnya "Quiet Quitting", yaitu tentang karyawan yang menetapkan batasan dan tidak melampaui target yang telah ditentukan, tren lain yang disebut "Loud Quitting" kini telah menjadi pusat perhatian. Fenomena terbaru ini, yang mendapat perhatian luas, dan telah menjadi topik yang memprihatinkan baik di kalangan pengusaha maupun karyawan.
Satu Dari Lima Karyawan Secara Global Melakukan 'Loud Quitting'
Survei terkait "State of the Workplace" baru-baru ini yang dilaksanakan oleh Gallup, yang mensurvei lebih dari 120.000 karyawan global pada tahun 2022, mengungkapkan bahwa hampir satu dari lima, atau 18%, karyawan di seluruh dunia berhenti dengan keras atau secara aktif melepaskan diri.
Apa Itu 'Loud Quitting'?
'Loud Quitting' adalah ketika karyawan meninggalkan pekerjaan mereka secara dramatis dan nyata tanpa ada niatan untuk berpindah perusahaan secara tertutup. Mereka memilih untuk mengumumkan kepergian mereka di media sosial dengan postingan yang menyatakan bahwa mereka akan berhenti dari pekerjaanya, yang berpotensi memicu kegaduhan internal di antara rekan kerja mereka di perusahaan. Alternatifnya, mereka mungkin secara tiba-tiba memberi tahu pimpinannya tentang pengunduran dirinya dari perusahaan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Motivasi Di Balik Tren Ini
Seseorang dengan keterampilan langka dan dibutuhkan oleh banyak pihak, lebih berkemungkinan untuk meninggalkan pekerjaan mereka dengan percaya diri,karena mereka tahu bahwa mereka dapat dengan cepat menemukan posisi baru. Menurut Forbes, keputusan mendadak yang membuat orang-orang sekitar menyoroti ketidakbahagiaan Anda berakar pada dorongan untuk kembali ke kantor setelah masa pandemi, ketika perusahaan mulai memanggil kembali karyawan dari kebijakan kerja-dari-rumah (WFH).
Dampak Negatif Terhadap Perusahaan Dari Merebaknya Tren Ini
Tindakan seseorang yang berhenti tanpa pemberitahuan sebelumnya merugikan perusahaan dalam banyak hal. Ketika karyawan keluar tanpa pemberitahuan, dapat mengganggu alur kerja dan menciptakan tantangan dalam menjaga stabilitas operasional. Mereka mungkin memicu kegaduhan atau mengomentari hal-hal yang menyinggung perusahaan di ranah online, yang dapat merusak reputasi dan hubungan perusahaan dengan klien atau pelanggan. Mereka mungkin juga menolak untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan.
Media Sosial Bergemuruh Terkait Tren Baru Ini
Tren 'Loud Quitting' mendapatkan daya tarik di media sosial, dengan video yang tak terhitung jumlahnya yang mampu mengumpulkan jutaan penayangan. Tren ini melibatkan individu yang merekam pengunduran diri mereka, seringkali dengan komentar negatif tentang perusahaan mereka sebelumnya atau merayakan kepergian mereka. Perhatian dan keterlibatan yang meluas dari video-video ini semakin mendorong popularitas tren ini, karena para penontonnya tertarik pada sifat dramatis dan kontroversial dari pernyataan publik ini.
Rekor Kekompakan Karyawan Yang Tinggi, Selaras Dengan Tingkat Stres Yang Tinggi
Keterlibatan atau kekompakan karyawan mencapai rekor tertinggi 23%, sesuai laporan yang sama, angka ini kembali naik setelah mengalami penurunan substansial selama pandemi. Dari angka ini berarti lebih banyak pekerja menemukan pekerjaan mereka lebih bermakna dan menjalin koneksi yang baik dengan tim mereka. Namun, tingkat stres juga berada pada puncaknya, dengan total 44% karyawan mengatakan bahwa mereka mengalami tingkatan stres yang tinggi setiap hari.