Porsi kecil vs. diet puasa: Yang terbaik untuk turunkan berat
Dalam hal penurunan berat badan, ada dua pendekatan utama yang biasanya menjadi pusat perhatian: makan dalam porsi kecil sepanjang hari dan melakukan diet puasa. Meskipun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, penting untuk membuat pilihan yang tepat dengan memahaminya secara mendalam. Jashan Vij, coach kesehatan dan penurunan berat badan, memberi tahu kita semua yang harus diketahui tentang dua pendekatan diet ini.
Makan dengan porsi kecil
Menurut Vij, pendekatan makan dengan porsi kecil mengacu pada strategi diet seseorang yang mengonsumsi beberapa makanan dalam porsi kecil sepanjang hari, bukan tiga kali makan besar. Kebanyakan orang biasanya mengikuti pola makan lima kali sehari yang meliputi sarapan, makan siang, makan malam, dan dua makanan ringan di antaranya. Seperti hal lainnya, gaya hidup dan pola makan ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan makan dengan porsi kecil
Metode ini ideal untuk orang yang kesulitan mengatur waktu makan dan memiliki keinginan kuat untuk makan. "Menurut penelitian, mengonsumsi makanan dalam porsi kecil secara berkala akan membantu orang menghindari rasa lapar yang ekstrem dan makan berlebihan sambil mempertahankan tingkat energi yang stabil, " jelas Vij. "Selain itu, strategi ini dapat membantu mengatur kadar gula darah, sehingga mengurangi kebutuhan akan makanan yang tidak sehat," tambahnya.
Kekurangan makan dengan porsi kecil
Pendekatan ini membutuhkan perencanaan dan pembuatan beberapa makanan berporsi kecil. "Ini mungkin tidak cocok untuk orang yang tidak dapat mengontrol ukuran porsi dan dapat menyebabkan ngemil terus-menerus dan konsumsi kalori yang berlebihan jika tidak dipantau dengan cermat," ungkap coach kesehatan dan penurunan berat badan ini. Selain itu, jika Anda biasanya sibuk sepanjang hari, memasak makanan kecil beberapa kali bisa menjadi pekerjaan yang berat.
Diet puasa
Diet puasa adalah salah satu pendekatan yang paling populer untuk menurunkan berat badan. "Diet ini menggunakan interval makan dan puasa secara bergantian. Teknik 16/8 (berpuasa selama 16 jam dan makan dalam jangka waktu 8 jam) dan pendekatan 5:2 (makan normal selama lima hari dan pembatasan kalori selama dua hari tidak berturut-turut) adalah dua versi dari konsep ini," ujar Vij kepada NewsBytes.
Kelebihan melakukan diet puasa
Menurut sang coach, diet puasa mendorong penurunan berat badan dengan membatasi asupan kalori selama berpuasa dan memungkinkan tubuh untuk menggunakan lemak yang tersimpan sebagai sumber energi. "Ini memperbaiki sensitivitas insulin dan kesehatan metabolisme. Ini pola diet yang disederhanakan dan tidak membutuhkan terlalu banyak fokus pada pembuatan makanan secara rutin," jelasnya.
Kekurangan diet puasa
Menurut Vij, diet puasa bisa menjadi tantangan karena "mungkin memerlukan penyesuaian dengan jeda waktu puasa yang baru." "Ini bisa menjadi tantangan bagi orang dengan kondisi medis, gangguan makan, atau mereka yang membutuhkan asupan nutrisi secara teratur," tambahnya. Sang pakar juga percaya bahwa puasa mungkin tidak cocok untuk semua orang dan karenanya harus dilakukan dengan hati-hati.
Kesimpulan: Mana pendekatan yang lebih baik?
Makan dalam porsi kecil dan diet puasa merupakan cara yang sehat untuk menurunkan berat badan. Tapi ingin tahu mana yang lebih baik dari keduanya? Nah, Vij punya jawabannya. "Makan dalam porsi kecil atau diet puasa sama-sama efektif untuk menurunkan berat badan. Tentukan dan ikuti pendekatan yang paling sesuai untuk Anda, dengan mempertimbangkan frekuensi lapar, gaya hidup, ketersediaan makanan, jadwal kerja, dan kenyamanan Anda," pungkasnya.