#NewsBytesExplainer: Kesehatan reproduksi pria turun, pertanda krisis?
Sebuah penelitian baru mengonfirmasi hal yang telah menjadi perhatian penduduk dunia: pria semakin tidak subur. Penelitian tersebut menemukan bahwa jumlah sperma rata-rata secara global memburuk hingga tingkat yang mengkhawatirkan dan laju penurunannya kian cepat. Para peneliti juga memperingatkan, krisis reproduksi yang akan datang dapat mengancam kelangsungan hidup spesies manusia dalam jangka panjang.
Laju penurunan semakin cepat
Melihat data yang dikumpulkan sejak tahun 1972, laju penurunan konsentrasi sperma terlihat semakin meningkat. Data sebelum tahun 2000 menunjukkan bahwa konsentrasi sperma menurun sebesar 1,16% per tahun. Namun setelah tahun 2000, laju penurunan ini meningkat menjadi 2,64% per tahun. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, kesuburan bermasalah ketika konsentrasi sperma turun di bawah 40 juta per mili.
Penurunan jumlah sperma yang signifikan
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction Update itu mengamati 223 penelitian berdasarkan sampel sperma dari lebih dari 57.000 pria di 53 negara. Penelitian mereka melihat bahwa konsentrasi sperma rata-rata turun dari sekitar 101,2 juta per ml menjadi 49 juta per ml antara tahun 1973 dan 2018—penurunan sebesar 51,6%. Selain itu, jumlah total sperma turun 62,3% selama periode yang sama.
Gaya hidup yang buruk sebabkan penurunan jumlah sperma seseorang
Sampai sekarang, belum jelas apa yang menjadi penyebab di balik tren global ini; penelitian terbaru sekalipun belum menyebutkan penyebabnya. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paparan racun lingkungan seperti pestisida, insektisida, herbisida, logam berat, gas beracun, polusi udara, pilihan gaya hidup yang buruk, dan pola makan yang tidak sehat dapat mengakibatkan penurunan jumlah sperma yang parah.
Haruskah kita khawatir?
Jumlah sperma rata-rata global memang menurun, tetapi masih dalam kisaran normal. Saat ini rata-ratanya 49 juta per ml, yaitu di atas ambang batas 40 juta per ml. Jika lebih rendah lagi, kekhawatiran besar dapat muncul. Meskipun demikian, rata-rata itu menurun drastis dan berkurang lebih cepat setiap tahun. Para peneliti pun memperingatkan, kita mungkin akan kewalahan jika tindakan tidak diambil.
Pakaian ketat bisa jadi pemicu lain: Dr. Amit Goel, Ahli Urologi
"Selain stres, merokok, mengonsumsi alkohol, dan obesitas, tren memakai celana ketat bisa menjadi penyebabnya. Ketika buah zakar berada lebih dekat dengan tubuh, mengalami suhu tubuh tinggi dalam jangka waktu lama, itu bisa mengurangi kemampuan untuk menghasilkan sperma."
Apakah kita sedang menuju krisis reproduksi?
"Hanya waktu yang akan menentukan apakah manusia akan menghadapi krisis reproduksi; penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyimpulkan hal ini. Meskipun memang ada kecenderungan penurunan, tidak perlu panik," ujar Dr. Rutvij Dalal, Direktur IVF Janini, New Delhi.
Bagaimana cara menghindari krisis?
Ahli Urologi Dr. Amit Goel menyarankan pria berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Menurut Dr. Dalal, "Menjaga gaya hidup sehat, menjauhi polusi lingkungan, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol dapat membantu meningkatkan kesuburan. Konsumsi biji-bijian dan kacang-kacangan memperbaiki kadar testosteron." Dalal menyarankan para pria untuk mengetahui jumlah sperma mereka dengan melakukan tes dari waktu ke waktu.
Laju pertumbuhan populasi manusia menurun: Proyeksi populasi
Proyeksi populasi menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi manusia akan terus menurun sepanjang abad ke-21. Populasi Jepang menurun dengan laju 0,2% per tahun, sementara tingkat kesuburan total di Tiongkok turun menjadi 1,15 pada tahun 2021. Untuk memperparah anjloknya angka fertilitas total, secara global, banyak individu usia subur juga enggan menjadi orang tua.