5 novel Salman Rushdie yang wajib dibaca
Salman Rushdie merupakan penulis berdarah Inggris-Amerika yang telah menulis beberapa esai, cerpen, dan novel. Bukunya Midnight's Children memenangkan Booker Prize pada 1981 dan dianugerahi Best of the Booker Prize dua kali, pada 1993 dan 2008. Kisah-kisahnya berfokus pada isu-isu sejarah dan filosofis melalui penggunaan gaya prosa yang antusias dan melodramatis. Berikut lima novel karya Rushdie yang tak boleh dilewatkan.
Midnight's Children
Diterbitkan tahun 1981, cerita ini mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Salem yang lahir pada tengah malam tanggal 15 Agustus 1947. Waktu itu tepat ketika India memperoleh kemerdekaannya dari kekuasaan Inggris. Salem menemukan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus. Novel ini mengangkat tema partisi dan transisi India dari pemerintahan kolonial Inggris menuju kemerdekaan. Realisme yang apik digunakan untuk menyelidik terpuruknya kondisi India.
The Ground Beneath Her Feet
Diterbitkan pada 1999, The Ground Beneath Her Feet adalah cerita tentang cinta, kehilangan, hidup, dan kematian serta membahas tema-tema pengasingan, metamorfosis, dan ketidakpastian. Novel ini didasarkan pada mitos Yunani Orpheus dan Eurydice dan terinspirasi oleh budaya musik rock. Dikisahkan dua orang pria mengejar wanita yang sama lalu kisah mereka pun melampaui ruang dan waktu.
The Moor's Last Sigh
Diterbitkan tahun 1995, The Moor's Last Sigh merupakan novel yang lucu, ambisius, mengharukan, dan satir karya Rushdie yang berlatar Mumbai dan Cochin. Kisah ini menceritakan Moraes "Moor" Zogoiby yang menjadi narator. Dia punya tangan yang cacat dan usianya dua kali lebih cepat dari orang biasa. Novel tersebut menelusuri empat generasi keluarganya yang memengaruhi hidupnya.
Quichotte
Dinominasikan untuk Booker Prize pada 2019, Quichotte menyoroti sejumlah masalah yang dihadapi Amerika termasuk rasisme, epidemi opioid, dan cinta keluarga. Buku itu pun dianggap sebagai ode atau penghormatan Rushdie terhadap Don Quixote. Plotnya berkisar pada seorang penulis India yang jatuh cinta dengan pembawa acara talk show. Dia pun mengirim surat cinta padanya dengan nama pena "Quichotte" lalu pergi mencarinya di Amerika.
Shalimar the Clown
Diterbitkan pada 2005, Rushdie membutuhkan waktu empat tahun untuk merampungkan Shalimar the Clown dan sebagian novel tersebut bertempat di sebuah kota kecil di wilayah Kashmir. Cerita ini mengisahkan Maximilian Ophuls, kepala satuan anti-terorisme Amerika. Dia dibunuh oleh sopir Muslim Kashmir bernama Shalimar dan ceritanya mengeksplorasi kilas balik mengapa dia melakukan perbuatan itu.