Membongkar Beberapa Mitos Dari Khalayak Ramai Terkait Kertas
Di dunia yang didominasi oleh teknologi digital dan kepedulian terhadap asas keberlanjutan, kertas sering kali menjadi pusat mitos dan kesalahpahaman. Saat kita menghadapi lanskap kesadaran lingkungan dan kemajuan teknologi yang kompleks, penting untuk memisahkan fakta dari fiksi. Naynesh Pasari, MD, Shree Krishna Paper Mills & Industries Ltd. (SKPMIL), mematahkan beberapa mitos terkait kertas dan industri kertas.
Mitos: Kertas Menyebabkan Degradasi Lingkungan
"Tidak, sama sekali tidak. Bertentangan dengan anggapan umum, industri kertas telah membuat kemajuan signifikan dalam menerapkan praktik berkelanjutan," kata Pasari. Kertas adalah salah satu produk yang paling ramah lingkungan karena dapat terurai secara hayati, dapat didaur ulang, dan diproduksi dari sumber yang terbarukan dan berkelanjutan. Kertas dapat didaur ulang hingga 10-11 kali, menjadikannya salah satu produk yang paling banyak didaur ulang di dunia, tambah Pasari.
Mitos: Kertas Lebih Mahal Dibandingkan Dengan Media Alternatifnya
Kertas, terutama jika diperoleh dan didaur ulang secara bertanggung jawab, dapat menawarkan solusi yang hemat biaya dan berkelanjutan. Mitos mengenai biaya yang dikeluarkan, dalam penjelasannya dia menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan seluruh biaya siklus hidup dan dampak lingkungan ketika mengevaluasi berbagai media komunikasi dan dokumentasi. "Kertas daur ulang adalah alternatif yang lebih murah dan memberikan alternatif yang layak dibandingkan plastik sekali pakai dalam beberapa aplikasi," kata Pasari.
Mitos: Industri Kertas Tidak Ramah Lingkungan
"Industri kertas terus menerus menanam lebih banyak pohon melalui inisiatif agro/farm forestry dibandingkan dengan hasil panennya," kata Pasari. Kertas dibuat dari pohon yang dibudidayakan (pohon di luar hutan) yang ditanam khusus untuk tujuan dari industri ini. "Industri kertas tidak hanya melestarikan lingkungan tetapi juga meregenerasi sumber daya alam. Industri kertas juga mendaur ulang limbah kertas dan limbah pertanian (seperti jerami gandum) yang seharusnya dibakar di ladang," tambahnya.
Mitos: Pembuatan Kertas Membutuhkan Banyak Pasokan Air
Pasari mengatakan, di kawasan perairan, beberapa tahun lalu, industri kertas mengonsumsi 200 meter kubik air untuk memproduksi satu ton kertas. "Pabrik kertas kini telah terintegrasi dan mengurangi volume air menjadi 50 meter kubik. Upaya yang sedang dilakukan untuk menurunkan konsumsi air menjadi 35-40 meter kubik dengan menerapkan berbagai macam teknologi konservasi air," jelasnya.
Mitos: Kertas Daur Ulang Tidak Dapat Digunakan Untuk Keperluan Resmi
Fakta bahwa kertas daur ulang memiliki kualitas yang lebih rendah adalah kesalahpahaman di ranah umum. Kualitas kertas sejatinya sama, dari segi tekstur, ketebalan dll, yang membedakan hanya warna kertasnya. "Melihat manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan dan juga penghematan biaya, lebih masuk akal untuk mulai menggunakan unbleached photocopier paper di kantor dan buku catatan di lembaga pendidikan," jelas Pasari.
Mitos: Komunikasi Elektronik Lebih Baik Bagi Lingkungan
Karena sifatnya yang dapat didaur ulang, kertas menjadi media komunikasi yang berkelanjutan. Sebaliknya, perangkat digital seperti server dan generator seringkali tidak dapat diperbarui, sehingga menciptakan lebih banyak tempat pembuangan sampah dan sampah global, kata Pasari. Gadget elektronik menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar terhadap lingkungan dibandingkan kertas. Selain itu, dampak lingkungan dari perangkat elektronik dan energi yang dibutuhkan untuk produksi serta pemeliharaannya berkontribusi terhadap keseluruhan biaya yang dikeluarkan.