Human Library: Perwujudan kisah di dunia nyata
Buku tidak hanya memberikan informasi dan edukasi, tetapi juga menjadi sahabat, semacam tempat peristirahatan yang nyaman. Seberapa sering pun kita membaca buku, aktivitas ini selalu berbentuk komunikasi satu arah, sehingga kita tidak bisa bertanya atau berinteraksi, kecuali bertemu langsung dengan penulisnya. Bagaimana jadinya kalau kita bisa berbicara dengan sebuah buku—bertanya, mengecek, dan berbagi dengan buku itu?
Apa itu Human Library?
Human Library berisi orang-orang yang punya kisah menarik dan memungkinkan pengunjung "membaca" mereka selama beberapa sesi. Konsep ini dikembangkan di Kopenhagen pada tahun 2000 sebagai proyek Festival Roskilde. Organisasi itu kini hadir di lebih dari 80 negara, dengan misi untuk menghilangkan prasangka dengan mengungkap kisah langsung dari sudut pandang orang pertama. Human Library ingin menciptakan komunitas yang inklusif di tengah keragaman budaya, sosial, dan etnis.
Buku-buku hidup ini punya pengalaman luar biasa
Bukankah akan lebih baik jika buku bisa berbicara atau berterus terang dengan kita? Semua buku hidup di perpustakaan ini adalah sukarelawan yang memiliki pengalaman pribadi di bidang tertentu. Mereka siap menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dan menghargai serta menjawabnya secara terbuka untuk membantu kita menghapus prasangka atau keraguan. Penyintas acid attack, jurnalis, atau orang-orang dari komunitas LGBTQ, siapa pun bisa menjadi "buku".
Human Library di sejumlah negara
Di India, fasilitas luar biasa ini tersedia di kota Delhi, Mumbai, Hyderabad, Indore, dan Chennai. Yang menjadi faktor penting di sini bukan hanya relevansi para buku hidup saja, melainkan juga pembacanya (pengunjung yang datang untuk "membaca" buku hidup itu). Konsep utamanya adalah "bertanya untuk belajar, bukan menghakimi", itulah sebabnya pembaca yang mengikuti sesi ini harus berpikiran terbuka.
Bagaimana cara kerjanya?
Setiap buku memiliki judul seperti Bipolar, Autisme, ADHD, Tunawisma, Teraniaya, dan sebagainya. Pembaca mendapatkan waktu 30 menit bersama tiap-tiap orang yang tidak diketahui namanya itu. Tujuan "meminjam" seseorang dan mendengarkan kisah hidupnya adalah untuk menyimak dan menyadari mengapa kita tidak boleh menilai sebuah buku dari sampulnya saja. Semboyan Human Library berbunyi, "Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya."