Bisakah kecocokan genetik dideteksi melalui bau badan?
Genetika memengaruhi cara Anda mencium dan merasakan bau, dan ini juga mencakup ketertarikan romantis dan seksual. Bau badan sangat bervariasi antar individu, ada yang tidak berbau selama aktivitas fisik yang intens, sementara ada yang kesulitan menutupi bau tidak sedap. Namun bisakah genetika benar-benar membantu menentukan kecocokan genetik melalui bau badan? Mari selidiki hubungan menarik antara genetika, bau badan, dan menemukan pasangan yang cocok.
Apakah genetika Anda memengaruhi bau badan dan indra penciuman Anda?
Genetika memiliki pengaruh kuat terhadap bau badan dan persepsi aroma. Penelitian terutama berkonsentrasi pada bau ketiak, mengungkapkan bahwa faktor genetik menentukan keberadaan senyawa dalam keringat yang dapat menarik bakteri sehingga menimbulkan bau badan. Selain itu, susunan genetik Anda dapat membentuk interpretasi Anda terhadap berbagai aroma, termasuk persepsi Anda tentang wewangian tubuh.
Apa isi penelitian ini?
Sebuah studi tahun 2007 yang dilakukan oleh Duke University Medical Center dan Rockefeller University menyelidiki bagaimana gen OR7D4, yang bertanggung jawab atas reseptor bau manusia, merespons steroid spesifik yang ditemukan dalam keringat, seperti androstenone dan androstadienon. Studi tersebut mengungkapkan bahwa orang-orang dengan versi gen yang berbeda memiliki respons yang berbeda-beda terhadap senyawa ini, sehingga memengaruhi persepsi mereka terhadap penciuman.
Bisakah Anda mendeteksi kecocokan genetik melalui bau badan?
Dengan memahami bagaimana genetika memengaruhi bau badan, kini kita dapat mengeksplorasi gagasan penggunaan aroma untuk menentukan kecocokan genetik. Meskipun individu mungkin tidak secara sadar mencari pasangan berdasarkan aromanya, bau badan memainkan peran subliminal dalam pemilihan pasangan. Dikatakan bahwa orang menarik pasangannya melalui aroma yang membuat mereka merasa nyaman, dan orang-orang ini mungkin memiliki kecocokan genetik.
Apa yang dikatakan teori?
Teori evolusi menyatakan bahwa hal ini mungkin merupakan adaptasi untuk menghindari perkawinan sedarah atau memastikan keturunan memiliki sistem kekebalan yang kuat. Sebuah studi tahun 2003 di Behavioral Ecology mendukung konsep "ketidaksamaan aroma", yang menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih menyukai aroma pria dengan genotipe kompleks histokompatibilitas utama (MHC) yang berbeda dengan mereka. MHC memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Hipotesis seputar kecocokan aroma
Teori "ketidaksamaan aroma" sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa perempuan, baik yang memakai maupun tidak menggunakan alat kontrasepsi, menunjukkan preferensi terhadap laki-laki dengan genotipe MHC yang berbeda. Namun, penting untuk diingat bahwa preferensi berdasarkan aroma dapat bervariasi selama siklus menstruasi wanita. Penelitian menunjukkan bahwa selama puncak kesuburan (ovulasi), sensitivitas penciuman wanita meningkat, sehingga lebih responsif terhadap androstenon, senyawa yang ditemukan dalam bau badan.
Fakta yang tidak diketahui
Sebuah studi tahun 2012 meneliti kemampuan pria untuk mendeteksi aroma tubuh yang menyenangkan dari wanita selama masa kesuburan rendah dan tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar pria menganggap sampel dengan kesuburan tinggi lebih menarik dan dapat dengan mudah membedakannya dari sampel dengan kesuburan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pria secara tidak sadar dapat mengidentifikasi kapan terjadinya ovulasi melalui bau badan, sehingga berpotensi mempengaruhi daya tarik dan perilaku pendekatan seksual.