Krisis limbah mode: Gurun Atacama di Chili dibanjiri pakaian tak terpakai
Dunia fast fashion sedang berada di puncak kejayaan dengan masuknya merek-merek pakaian baru, acara-acara fashion, dan masih banyak lagi. Namun pertanyaan yang harus diajukan di sini adalah apakah kita menuju ke arah yang benar? Baru-baru ini, sebuah tempat pembuangan sampah pakaian fast fashion yang sudah tidak terpakai terlihat di Gurun Atacama, Chili. Berikut informasi lebih lanjut tentang tren fast fashion.
Apa yang terjadi di Chili?
Sebuah foto yang dibagikan oleh aplikasi pencitraan satelit SkyFi menunjukkan tumpukan garmen yang sangat besar. "Besarnya tumpukan dan polusi yang ditimbulkannya terlihat dari luar angkasa, sehingga memperjelas bahwa ada kebutuhan untuk melakukan perubahan dalam industri mode," SkyFi berbagi dalam blognya. Tumpukan tersebut terdiri dari 60.000 ton pakaian dari Eropa, Asia, dan Amerika Utara, menurut BBC.
'Zona bebas' di Chili
Kota pelabuhan terdekat, Iquique, tidak memiliki tarif, pajak, atau biaya terkait bea cukai sehingga menjadikannya sebagai "zona bebas." Pakaian diterima tetapi tidak dijual di sini dan akhirnya dibuang di padang pasir karena biaya pengambilannya. Sebagian pakaian itu mengandung mikroplastik yang jika dibakar akan membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar.
SkyFi membeli 50 cm 'gambar beresolusi tinggi'
Mengapa Chili?
Chili telah lama menjadi pusat pakaian bekas dan pakaian yang tidak terjual. Para pedagang membawa pakaian bekas, terutama dari Eropa dan Amerika Serikat, untuk dijual kembali di sini dan di negara-negara lain di Amerika Latin. Namun, separuh lebih dari 60.000 ton pakaian yang diimpor setiap tahun berakhir di tempat pembuangan di gurun, yang berdampak buruk bagi ekologi dan lingkungan sekitar.
Produksi pakaian meningkat dua kali lipat
Menurut Earth.org, penjualan pakaian meningkat dari 100 hingga 200 miliar unit per tahun. Menurut perkiraan, limbah senilai 500 miliar dolar AS dihasilkan setiap tahunnya akibat membuang pakaian yang sudah tidak terpakai dan tidak didaur ulang. Karena semakin banyak toko online yang mempermudah dan membebaskan pengembalian barang, tingkat pengembalian barang pun melonjak dan kini mencapai lebih dari 30 persen dari seluruh pembelian.
Pengaruh produksi kain terhadap lingkungan
Banyak laporan yang menyatakan bahwa produksi tekstil saja diperkirakan mengeluarkan 1,2 miliar ton gas rumah kaca setiap tahunnya, atau 10% dari seluruh emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Proses produksi juga membutuhkan banyak air untuk menghasilkan pakaian. Sektor mode bertanggung jawab atas sekitar 20 persen limbah air di dunia, menurut BBC.
Apa artinya
Di masa lalu negara-negara kerap mengirimkan kembali berton-ton pakaian yang tidak terpakai. Alasan utama hal ini adalah ketidaksesuaian antara tren pembelian dan jumlah produksi. Ada laporan yang menunjukkan bahwa meskipun produksi pakaian telah meningkat, jumlah rata-rata pemakaian suatu barang menurun sekitar 36 persen secara keseluruhan.
Begini cara mengurangi limbah kain di rumah
Ada beberapa hal yang perlu diingat saat mengatur lemari pakaian Anda. Ini bukan soal jumlah pakaian yang Anda miliki, melainkan bagaimana Anda menggunakannya. Ingatlah untuk mengurangi pembelian dan terus menggunakan pakaian lebih lama. Pilih merek-merek yang ramah lingkungan dan beli pakaian bekas jika memungkinkan. Pastikan untuk mendaur ulang atau menggunakan kembali pakaian lama Anda.