Deretan buku fiksi eksistensial untuk dibaca di usia 20-an
Dalam perjalanan melewati usia 20-an, fiksi eksistensial bertindak sebagai permukaan reflektif untuk pencarian jiwa yang intens yang mungkin dialami. Kisah-kisah ini mengeksplorasi tema-tema mendalam tentang tujuan, kebebasan, dan identitas, yang menyentuh hati orang-orang yang melewati tahun-tahun pembentukan mereka. Buku-buku berikut dikurasi untuk menantang dan memberikan hiburan bagi individu dalam mencari makna dalam dunia yang kompleks dan sering kali membingungkan.
'Existentialism is a Humanism'
Existentialism is a Humanism karya Jean-Paul Sartre, meskipun bukan sebuah novel, adalah ceramah penting bagi mereka yang tertarik pada fiksi eksistensial. Sartre mengkaji gagasan kebebasan radikal dan beban tanggung jawab, dengan menyatakan bahwa manusia ditakdirkan untuk bebas. Karya penting ini memberikan konteks penting bagi pembaca yang ingin memahami prinsip-prinsip pemikiran eksistensial dan implikasinya terhadap keberadaan manusia.
'The Stranger'
Dalam The Stranger, Albert Camus menghadirkan Meursault, seorang warga Aljazair Prancis yang apatis yang tindakan kekerasan acaknya tidak dapat ditafsirkan secara moral. Narasi ini mendorong pembaca ke dalam inti absurdisme, menantang mereka untuk meneliti keacakan norma-norma masyarakat dan upaya mengejar keaslian di dunia yang tampaknya acuh tak acuh. Karya Camus adalah pemeriksaan mendalam terhadap absurditas yang melekat dalam kehidupan dan tanggapan kita terhadapnya.
'Steppenwolf'
Dalam Steppenwolf , Hermann Hesse menyelidiki gejolak batin Harry Haller, yang terpecah antara kepekaan manusia dan naluri aslinya yang seperti serigala. Saat dia menjelajahi masyarakat yang pada dasarnya dia tolak, jalan Harry membawanya menuju cinta tak terduga dan potensi kebangkitan spiritual. Narasi ini menawarkan penyelaman mendalam pada pencarian makna pribadi yang bertentangan dengan norma-norma konvensional.
'Nausea'
Dalam Nausea, Jean-Paul Sartre memperkenalkan kita pada Antoine Roquentin, seorang pria yang dikepung oleh kecemasan eksistensial di tengah kehidupan sehari-hari. Interaksi Roquentin dengan objek-objek biasa menimbulkan rasa keterasingan dan disorientasi yang mendalam, menangkap esensi kontemplasi eksistensial. Narasi Sartre dengan gamblang menggambarkan perjuangan menemukan makna keberadaan dan bobot kesadaran dalam mendefinisikan realitas kita.
'The Unbearable Lightness of Being'
The Unbearable Lightness of Being karya Milan Kundera secara rumit mengaitkan kisah intim cinta dan pencarian pribadi dengan kanvas luas pergolakan politik di Cekoslowakia. Karakter Kundera bergulat dengan kompleksitas kebebasan, pilihan, dan komitmen, mengungkapkan dampak mendalam dari peristiwa sejarah terhadap kehidupan dan hubungan individu. Novel ini membedah bagaimana pengalaman pribadi terkait erat dengan narasi publik dan politik.