Danau Natron: Fakta-fakta terkait danau merah Tanzania
Danau Natron di Tanzania, Afrika Timur berbeda dari danau-danau pada umumnya. Pertama, warnanya merah, dengan berbagai nuansa oranye serta merah muda. Air di danau ini dianggap mematikan karena sifat basanya yang amat tinggi. Tingkat pH danau ini pun menyamai amonia (senyawa yang biasa dipakai dalam pupuk dan obat-obatan). Berikut informasi selengkapnya.
Mengapa Danau Natron dianggap mematikan?
Air yang sangat basa di danau ini mengandung pH setinggi 10,5 serta dapat membakar kulit dan mata hewan yang tidak mampu beradaptasi dengan air. Danau ini penuh dengan natrium karbonat dan garam yang dilepaskan dari gunung berapi Ol Doinyo Lengai. Danau kaustik ini membentuk kerak-kerak pada tubuh hewan atau burung yang terjatuh ke dalamnya.
Mengapa danau ini berwarna merah?
Tidak seperti danau lainnya, air di danau ini tidak mengalir keluar dan terus terkumpul. Suhu danau bisa naik mencapai 60 derajat Celsius. Ketika menguap, air meninggalkan sejumlah besar garam. Lingkungan hipersalin atau berkadar garam tinggi ini memicu pertumbuhan haloarchaea, mikroorganisme yang menyukai garam, sehingga menjadikan air berwarna merah. Area ini juga menerima curah hujan yang sangat sedikit.
Sanggupkah hewan bertahan hidup di danau ini?
Danau ini menjadi surga bagi flamingo. Kulitnya yang keras melindungi burung tersebut dari luka bakar. Selain itu, danau ini merupakan tempat berkembang biak yang aman karena kandungan racunnya menjauhkan hewan pemangsa. Perlu diketahui, sejumlah spesies ikan dan invertebrata mampu bertahan hidup di bagian luar danau. Danau ini memiliki permukaan seperti cermin yang menipu burung hingga memasuki air dan tewas.
Benarkah burung menjadi batu di Danau Natron?
Setiap burung yang turun ke danau ini mengalami kalsifikasi. Hal itu berarti garam di danau mengeraskan tubuh burung yang membuatnya terlihat seperti batu. Natrium karbonat dan natrium bikarbonat merupakan pemicu fenomena ini. Faktanya, orang-orang Mesir menggunakan dua bahan tersebut untuk membuat mumi dari orang yang sudah meninggal. Pada tahun 2011, hewan-hewan yang mati itu diabadikan dalam foto-foto jepretan fotografer satwa liar Nick Brandt yang menarik perhatian khalayak.
Begini kata sang fotografer
Brand bepergian dalam rangka pengambilan gambar untuk buku baru tentang satwa liar Afrika Timur yang menghilang pada tahun 2011 lalu menemukan danau ini. "Ketika pertama kali melihat makhluk-makhluk itu di tepi danau, saya benar-benar terpesona," ujar Brandt. "Saya seketika dapat ide, yaitu memotret hewan itu seolah-olah masih hidup," timpalnya.
Mengapa danau ini disebut surga flamingo?
Danau ini merupakan rumah bagi burung flamingo yang berkembang biak di sini tanpa masalah. Bahkan, danau itu sebenarnya menjadi tempat berkembang biak terbesar di seluruh dunia untuk lebih dari 2,5 juta flamingo minor. Spesies flamingo tersebut mampu memakan ganggang biru hijau yang tumbuh di danau ini. Burung air tertentu lainnya, seperti bangau, juga tidak terdampak secara negatif oleh sianobakteri danau.
Kapan waktu ideal mengunjungi danau ini?
Anda bisa melakukan perjalanan ke danau ini selama musim hujan atau kemarau jika ingin berwisata jalan kaki di sekitar danau. Namun, jangan coba-coba berenang di dalamnya. Anda juga dapat menikmati perjalanan di gunung berapi Ol Doinyo Lengai di dekat danau.