Sindrom imposter: Cara menghadapi dan mengatasinya
Apa ceritanya
Anda selalu mempertanyakan kemampuan sendiri dan tidak menganggap diri Anda layak atas pencapaian Anda, sampai-sampai Anda membiarkan keraguan dan pikiran negatif memengaruhi kepercayaan diri Anda?
Nah, jika menjawab dengan ya, Anda mungkin mengalami gejala-gejala sindrom imposter.
Sindrom imposter dapat sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang. Baca terus untuk mengetahui bagaimana Anda bisa mengatasinya.
#1
Kenali tanda-tandanya
Menyadari kecenderungan Anda terpengaruh oleh sindrom imposter merupakan langkah pertama untuk mengatasinya.
Mulailah dengan mempertanyakan keyakinan-keyakinan yang sudah lama Anda percayai tentang diri sendiri.
Berlatih meditasi dan pernapasan fokus, dan berbaik hatilah pada diri sendiri.
Saat Anda bermeditasi, ingatkan diri dengan pencapaian-pencapaian dan sifat positif Anda dan lepaskan semua emosi negatif yang Anda rasakan.
#2
Rayakan keberhasilan
Kita perlu menyadari pencapaian dan keberhasilan kita di masa lalu selagi bergerak maju dalam kehidupan.
Catat hal-hal tersebut dan tempelkan di meja, cermin, atau tempat lain yang Anda lihat setiap hari.
Kita perlu terus mengingatkan diri sendiri akan kepantasan kita dari waktu ke waktu.
Setelah mencapai suatu target atau menyelesaikan tugas besar, berusahalah untuk mengingatnya.
#3
Hilangkan perfeksionisme
Tidak ada cara sempurna untuk melakukan tugas apa pun dan tidak ada yang kebal terhadap kegagalan. Semakin cepat kita menyadari hal ini, semakin baik.
Lihatlah kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, dan bebaskan diri dari proses berpikir yang mendorong Anda untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna.
Pahami bahwa perfeksionisme adalah hasil dari rasa takut akan penilaian atau ketidaksetujuan dari orang lain, dan berusahalah mengatasinya.
#4
Tumbuhkan kasih sayang pada diri sendiri
Salah satu penyebab utama kurangnya belas kasih pada diri sendiri di antara orang-orang yang mengalami sindrom imposter adalah karena mereka harus menghadapi ekspektasi yang begitu tinggi dari orang tua mereka selama masa kecil.
Akibatnya, orang-orang ini tidak pernah belajar untuk melihat nilai dirinya dan benar-benar mencintai diri sendiri.
Jadi, berusahalah untuk menumbuhkan belas kasih pada diri dengan memaafkan diri sendiri, membangun pola pikir untuk berkembang, dan mengungkapkan rasa terima kasih pada diri sendiri.
#5
Ubah narasi Anda
Kita mempunyai kekuatan untuk mengubah narasi kita. Jika Anda bergumul dengan rasa takut karena tidak mampu memenuhi ekspektasi dan perasaan tidak kompeten, kesampingkan dulu emosi itu untuk sementara.
Bersikaplah lebih optimis daripada mengkritik diri sendiri.
Yakinilah hal-hal positif tentang diri sendiri dan masa depan Anda.
Tanpa disangka, Anda akan segera menyadari bahwa perspektif Anda tentang diri sendiri telah berubah untuk selamanya.