Bagaimana fluiditas gender membentuk budaya streetwear
Apa yang dulunya merupakan ranah yang didominasi oleh definisi maskulinitas dan feminitas yang kaku telah menjadi kanvas untuk mendefinisikan ulang batas-batas gender. NewsBytes baru-baru ini berbincang dengan Rishabh Sadana, pendiri LARIS Prjct, sebuah merek streetwear, untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana fluiditas gender memengaruhi sektor fesyen, dan untuk menentukan apakah ini merupakan tren yang akan berlalu atau akan terus berlanjut.
Streetwear memiliki semangat pemberontakan yang melekat
Sejak awal kemunculannya, streetwear telah merangkul gaya yang berani dan eksperimental yang keluar dari norma. Saat ini, gaya ini juga menentang gagasan umum tentang maskulinitas dan feminitas. "Streetwear telah lama diasosiasikan dengan desain yang berani dan unik yang menantang konvensi. Semangat pemberontakan yang melekat ini telah membuat subkultur ini menjadi tempat berkembang biak yang alami untuk mendorong batas-batas dalam hal norma-norma gender," kata Sadana.
Desain uniseks dan siluet yang fleksibel
Desain uniseks dan siluet yang fleksibel membentuk mode streetwear dengan menantang pakaian tradisional yang spesifik gender dan mempromosikan inklusivitas dan ekspresi diri. "Salah satu ciri khas dari streetwear yang fleksibel secara gender adalah munculnya desain uniseks dan siluet yang fleksibel. Berbagai merek membuat pakaian yang dapat dikenakan dengan nyaman oleh individu dari semua jenis kelamin, merangkul potongan yang lebih santai yang mengakomodasi berbagai tipe tubuh," kata Sadana.
Menentang norma dengan warna dan motif
Sadana memberikan wawasan, dengan menyatakan bahwa merek-merek streetwear merangkul "warna-warna yang lebih berani dan tidak konvensional, serta pola-pola yang menyenangkan" yang menantang norma-norma masyarakat. Dengan menghilangkan batasan yang ditempatkan pada pilihan warna dan pola, streetwear mengaburkan batas-batas yang pernah memisahkan kita ke dalam kategori-kategori yang kaku. Penentangan artistik terhadap norma-norma masyarakat ini membuka jalan bagi mode ekspresi diri yang lebih tulus.
Inklusivitas melalui representasi
Sadana menunjukkan bahwa dedikasi streetwear terhadap inklusivitas lebih dari sekadar desain pakaian; hal ini juga terlihat dalam representasi model dan individu. "Kampanye iklan dan lookbook sering kali menampilkan model dari berbagai jenis kelamin, ukuran tubuh, ras, dan kemampuan, yang mencerminkan penggambaran yang lebih akurat dan beragam dari dunia nyata," ujar pendiri label streetwear ini.
Fluiditas gender juga telah merasuk ke dalam mainstream fashion
Apa yang dimulai sebagai ide pemberontakan dalam streetwear telah berkembang menjadi sebuah gerakan yang kuat, menyebabkan efek riak di seluruh industri. Sadana menyoroti bahwa para desainer kelas atas dan rumah mode mewah mulai memperhatikan dan memasukkan fitur-fitur netralitas gender dan desain yang inklusif ke dalam koleksi mereka. "Penyerbukan silang ini merupakan bukti kekuatan streetwear sebagai kekuatan budaya yang dapat mendorong perubahan yang berarti," ujarnya.
Intinya
Dengan menyambut fluiditas gender dan inklusivitas dalam streetwear, kami melangkah menjauh dari aturan-aturan yang kaku. Di dunia yang semakin sadar akan keberagaman, dedikasi streetwear terhadap nilai-nilai ini merupakan tanda kemajuan. Dengan adanya poin-poin tersebut, dapat dipastikan bahwa fluiditas gender dalam industri fesyen bukanlah sebuah tren sementara, melainkan sebuah transformasi yang berkelanjutan.