Australia jadi negara pertama yang izinkan psikedelik sebagai obat depresi
Australia akan menjadi negara pertama yang mengizinkan dokter meresepkan psilocybin dan MDMA untuk mengobati kondisi kesehatan mental seperti depresi dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Hal ini akan berlaku mulai 1 Juli dan seterusnya. Namun, ada kekhawatiran di antara para ilmuwan bahwa keamanan dan efektivitas obat-obatan ini belum terbukti secara meyakinkan melalui penelitian.
Australia beri persetujuan setelah melalui proses tiga tahun yang menyeluruh
Therapeutic Goods Administration (TGA), badan pengawas obat Australia, menyetujui hal ini setelah melalui proses menyeluruh selama tiga tahun yang melibatkan konsultasi dengan para ahli. Terlepas dari persepsi akan potensinya untuk mengobati kondisi kesehatan mental, stigma seputar obat-obatan ini sering kali membuat pemerintah mengadopsi pendekatan yang hati-hati. Eksperimen di Australia akan diawasi dengan cermat di seluruh dunia dan mungkin akan menjadi standar untuk diikuti oleh negara lain.
Apa itu MDMA dan psilosibin?
MDMA, umumnya dikenal sebagai "molly" atau "ekstasi", dapat menyebabkan perubahan suasana hati, persepsi, dan sensasi seseorang. Psilocybin, yang ditemukan dalam jamur ajaib, juga dikenal karena dapat menimbulkan pengalaman psikedelik yang intens. Beberapa orang menggunakannya untuk rekreasi karena efek euforia dan energinya. Saat ini obat-obatan tersebut diklasifikasikan sebagai zat terlarang di banyak negara dan hanya dapat digunakan dalam uji klinis yang dikontrol dengan ketat.
Obat ini dapat mengobati kecemasan, anoreksia, dan kecanduan
Uji coba fase II yang dipublikasikan dari tahun lalu menunjukkan bahwa dosis 25 mg psilocybin dua kali lebih efektif daripada dosis 1 mg dalam mengobati depresi yang resisten terhadap pengobatan, meskipun ada efek samping yang menonjol. Laporan uji coba fase III MDMA memuji obat ini sebagai "pengobatan terobosan potensial" untuk PTSD. Selain itu, obat-obatan ini tampak menjanjikan dalam mengatasi kecemasan, anoreksia, dan kecanduan.
Kritikus mengatakan obat ini bukan untuk semua orang, dapat timbulkan pengalaman buruk
Meskipun ada dorongan kuat untuk melegalkannya, para kritikus menunjukkan bahwa masih belum jelas pasien mana yang paling diuntungkan dari perawatan ini. "Ini bukan untuk semua orang. Kita perlu mencari tahu siapa saja orang-orang yang akan mengalami pengalaman buruk, dan tidak merekomendasikannya," kilah Susan Rossell, seorang psikiater di Swinburne University of Technology, Melbourne, seperti dikutip dari Nature.
10-20% peserta mengalami efek yang sangat negatif
Sebagai peneliti yang memimpin satu-satunya uji klinis yang sedang berlangsung di Australia mengenai psikoterapi dengan bantuan psilocybin untuk depresi yang resisten terhadap pengobatan, Rossell menemukan bahwa 10-20% partisipan yang menerima obat-obatan psikedelik mengalami efek yang sangat negatif. Dia khawatir jika tidak diberikan dengan hati-hati, obat-obatan ini dapat menyebabkan pengalaman negatif dan berpotensi meningkatkan risiko masalah psikologis. "Itu skenario terburuk," ujarnya.
Para kritikus mengeluh bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi
Keputusan untuk mengizinkan obat ini diambil pada bulan Februari, awal tahun ini. Pada bulan Mei, Rossell dan rekan-rekannya ikut menulis laporan yang mengungkapkan keprihatinan mereka tentang TGA yang tidak berkonsultasi dengan mereka, mengingat keahlian mereka yang penting di Australia, karena mereka telah meresepkan psilocybin untuk menangani depresi.
Bagaimana proses untuk meresepkan obat ini?
Psikiater di Australia dapat meresepkan obat-obatan ini melalui Skema Resep Resmi yang mengizinkan resep obat-obatan yang belum disetujui. Untuk mendaftar dalam skema ini, psikiater memerlukan persetujuan dari komite etika penelitian manusia (HREC) dan TGA. Mereka diwajibkan untuk menyerahkan laporan kepada pihak berwenang setiap enam bulan sekali, merinci jumlah pasien yang diobati dengan obat-obatan ini dan efek samping yang terkait.