Diet yo-yo: Inilah mengapa Anda tidak boleh mempraktikkannya
Perputaran berat badan, atau diet yo-yo, adalah pola penurunan dan penambahan berat badan yang berulang karena terus-menerus memulai dan menghentikan diet. Tren ini tersebar luas di Amerika Serikat, di mana diet iseng dan rencana penurunan berat badan secara cepat merupakan hal yang umum. Namun, para ahli mengingatkan bahwa diet yo-yo dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Sebuah penelitian baru-baru ini menyelidiki risiko yang terkait dengan perputaran berat badan dan kesulitan yang dihadapi orang-orang dalam menghentikan kebiasaan ini.
Dampak psikologis dari diet yo-yo
Beberapa ahli menjelaskan bahwa diet yo-yo seringkali dimulai karena tekanan masyarakat untuk menurunkan berat badan, bukan karena alasan kesehatan. Menambah berat badan kembali dapat menimbulkan rasa malu dan stigma pada diri, sehingga mendorong individu untuk mengambil tindakan yang semakin ekstrem untuk menurunkan berat badan. Katelin Mueller, seorang mahasiswa pascasarjana di NC State menyebutkan dalam penelitian yang dia lakukan bahwa orang-orang begitu fokus pada penurunan berat badan dengan diet yo-yo sehingga mereka mengabaikan menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, dan rekan kerja.
Perilaku tidak sehat yang terkait dengan diet yo-yo
Peserta studi dalam penelitian Mueller melaporkan terlibat dalam perilaku pengelolaan berat badan yang tidak sehat seperti makan berlebihan atau makan secara emosional, pembatasan makanan, menghafal jumlah kalori, olahraga berlebihan, dan menghindari acara sosial dengan makanan. Ini sering kali terbukti tidak berkelanjutan, sehingga berat badan kembali, seringkali lebih banyak dari penurunan berat badan. Lindsay Wengler, MS, RD, CDN, CNSC, ahli diet terdaftar yang berspesialisasi dalam gangguan makan, berbagi dengan Very Well Fit bahwa diet yo-yo dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan.
Dampak terhadap metabolisme dan risiko kesehatan
Menurut berbagai penelitian, perputaran berat badan dapat memperlambat metabolisme akibat reaksi tubuh terhadap kurang makan sehingga menyebabkan penurunan fungsi tiroid, peningkatan kelelahan, dan perubahan suasana hati. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe-2, menurunkan massa otot, dan meningkatkan penumpukan lemak perut, yang terkait dengan kondisi yang mengancam jiwa seperti penyakit jantung dan stroke. Ahli gizi juga memperingatkan bahwa sering melakukan diet yo-yo dapat menimbulkan efek negatif jangka panjang pada kesehatan.
Memutus siklus diet yo-yo
Untuk menghindari siklus diet yo-yo, para ahli menyarankan untuk fokus pada kesehatan daripada berat badan, menerapkan kebiasaan makan intuitif, mempraktikkan perawatan diri dan manajemen stres, serta berkonsultasi dengan profesional medis. Para ahli menyarankan untuk mengatasi akar penyebab keinginan seseorang untuk menurunkan berat badan dan memahami pemikiran di balik pilihan makanan. Namun, penting untuk menyadari bahwa memutus siklus ini bisa jadi sulit karena pola pikir yang sudah mendarah daging, ekspektasi masyarakat, budaya pola makan yang tidak sehat, dan stigma berat badan.