#LoveIsLove: Membongkar 5 mitos tentang komunitas LGBTQ+
Setelah puluhan tahun dikesampingkan dan dipandang rendah, komunitas LGBTQ+ di seluruh dunia (kecuali beberapa negara) akhirnya mendapatkan haknya di masa sekarang. Namun, dengan segala stigma dan informasi yang salah, perjuangan untuk lebih "menormalisasi" LGBTQ+ masih jauh dari kata tercapai. Mari pisahkan fakta dari fiksi sembari menyanggah lima mitos umum tentang komunitas LGBTQ+ ini.
Mitos 1: Homoseksualitas adalah penyakit
Ini adalah ketidakpercayaan paling umum yang dianggap orang benar. Namun, mencintai sesama jenis bukanlah gangguan mental atau penyakit fisik. Sebaliknya, itu adalah perasaan alami, bahkan sains mengatakan demikian! Semua organisasi medis besar di dunia, termasuk American Psychiatric Association, American Academy of Pediatrics, dan The American Psychological Association, menyimpulkan bahwa homoseksualitas bukanlah kelainan.
Mitos 2: Orang-orang LGBTQ+ memiliki banyak pasangan dan tidak setia
Mitos umum lainnya yang diyakini orang adalah bahwa orang-orang dari komunitas LGBTQ+ memiliki banyak pasangan dan tidak setia. Yah, itu tidak sepenuhnya benar. Memiliki banyak hubungan atau berselingkuh tidak terbatas pada jenis kelamin atau seksualitas tertentu. Siapapun bisa tidak menjadi setia. Orang-orang dari komunitas ini cenderung memiliki hubungan jangka panjang, stabil, dan setia seperti orang-orang heteroseksual.
Mitos 3: Menjadi LGTBQ+ adalah pilihan gaya hidup
Tidak, orang tidak memilih untuk menjadi homoseksual, biseksual , atau aseksual. Sebaliknya, mereka terlahir secara alami dengan orientasi seksual, sama seperti orang lain. Kebanyakan orang dengan preferensi sesama jenis menyadari perasaan mereka yang sebenarnya pada usia dini, sementara beberapa tumbuh bersama mereka. Satu-satunya "pilihan" yang mereka miliki adalah apakah mereka akan menjalani kehidupan yang jujur pada diri mereka sendiri atau menekan perasaan mereka karena tekanan teman sebaya.
Mitos 4: Dalam hubungan sesama jenis, yang satu maskulin, yang lain feminin
Ini tidak sepenuhnya benar. Sama seperti dalam komunitas heteroseksual, ada banyak jenis hubungan dalam komunitas LGBTQ+. Sebagian besar hubungan didasarkan pada menerima siapa mereka sembari memperjuangkan mutualitas. Pria homoseksual yang memasak makanan untuk pasangannya tidak membuatnya feminin, seperti halnya pria straight yang memasak untuk perempuan yang ia cintai.
Mitos 5: Mereka yang mendukung hak LGBTQ+ adalah non-heteroseksual
"Sekutu" dan "persekutuan" merupakan hal yang selalu terjadi, tetapi menjadi kata kunci hanya ketika hak LGBTQ+ menjadi sorotan. Sama seperti bagaimana mendukung hak-hak hewan tidak menjadikan Anda orangutan, demikian pula, orang-orang heteroseksual yang membela keluarga, teman, kerabat, atau kolega LGBTQ+ tidak berarti mereka memiliki preferensi seksual yang sama. Dukungan datang dengan pengertian, cinta, dan empati. Dukungan bersifat bebas dari segala prasangka.