5 hal yang seharusnya diajarkan di sekolah sejak dulu
Sayangnya, banyak hal di dunia nyata yang berada di luar pengetahuan tekstual. Sungguh mengherankan bahwa sebagian besar teori yang kita pelajari di sekolah tidak dapat diterapkan dalam kehidupan kita saat ini. Ternyata, hal-hal yang tidak pernah diajarkan kepada kita, setiap hari kita hadapi dalam kehidupan ini. Berikut lima hal yang seharusnya dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan diajarkan kepada kita di masa lalu.
Kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual
Kebanyakan sekolah berfokus pada peningkatan kecerdasan intelektual (IQ) siswa. Namun, yang sebagian besar terlewatkan adalah pengembangan kecerdasan emosional (EQ). Menurut penelitian, EQ tidak diturunkan dari orang tua tetapi dapat ditingkatkan dengan pelatihan dan pembiasaan. Jadi, kalau hal itu diajarkan pada usia muda, anak dapat tumbuh untuk mengendalikan temperamen, stres, kecemasan, frustrasi, dan depresi mereka.
Gagal dan berbuat kesalahan itu hal yang wajar
Dalam beberapa kasus di negara tertentu, ada pelajar yang masih muda mengakhiri hidup mereka karena gagal dalam ujian. Ketakutan akan kegagalan begitu besar sehingga para pemuda ini berpikir lebih mudah mati daripada menerimanya. Kita tentu berharap sekolah mengajarkan bagaimana kegagalan dan penolakan tidak menentukan nilai seseorang dan bahwa dunia tidak akan berakhir jika itu terjadi.
Cinta itu soal perasaan, bukan jenis kelamin
Buku-buku telah membuat kita percaya bahwa cinta hanya bisa ada antara pria dan wanita. Namun, jika kita diajari bahwa cinta adalah perasaan alami yang melampaui gender, hidup akan lebih mudah bagi banyak komunitas LGBTQ+ yang tetap tertutup. Kita diajari tentang Napolean dan Hitler, tetapi tidak pernah ada penggambaran homoseksualitas dari kisah Mughal.
Kita bersinar dengan cara unik kita sendiri
Perundungan telah menjadi kejadian umum di sekolah dan sayangnya, tidak ada rumus Trigonometri atau kebijaksanaan Aristoteles yang dapat menyelesaikannya. Kita tentu berharap sekolah mengajari siswa untuk merangkul orang lain dan penampilan mereka apa adanya. Seseorang bisa tertawa sebentar dengan menyebut seseorang gemuk, kurus, pendek, tinggi, gelap, putih, berbulu, botak, maskulin, atau feminin, padahal hal itu merusak orang lain.
Kesehatan itu fisik dan mental
Dari penjaskes hingga olahraga, sekolah membuat siswanya sehat dan bugar secara fisik. Namun, jika sekolah memberi bobot yang sama pada kesehatan mental dengan menyelenggarakan kegiatan meditasi dan kelas yoga secara teratur, semuanya akan berbeda. Saat ini, orang-orang dari semua kelompok umur menghadapi stres, kecemasan, dan depresi, yang tidak terjadi dalam semalam tetapi akibat emosi yang tertekan dan tidak terkendali selama bertahun-tahun.