#NewsBytesRecommends: 'The House' di Netflix—animasi menarik tentang masalah manusia yang meluas
Film antologi bertempo cepat Netflix yakni The House adalah kumpulan dari tiga cerita. Cerita-cerita itu tidak terkait satu sama lain secara kronologis tetapi memandang satu sama lain secara tematis, dan rumah eponim — tempat karakternya tinggal (atau terjebak) —menjadi kehancuran akhirnya. Kisah-kisah ini dibedakan oleh pergeseran waktu, tetapi semua kisah membawa pulang tujuan yang sama — sangkar, bahkan dengan jeruji emas, selamanya tetap menjadi sangkar.
Pahami secara singkat plot 3 cerita pendek ini
Enda Walsh dikreditkan dengan menulis The House. Kisah pertama adalah tentang keluarga kelas pekerja yang membuat kesepakatan Faustian dengan seorang pria misterius yang menjual rumah yang menakutkan, sedangkan yang kedua menelusuri perjalanan karakter antropomorfik yang hidup berdampingan dengan manusia. Yang ketiga berlatar di dunia pasca-apokaliptik — dunia tenggelam, tetapi pemilik rumah terus-menerus mempertahankannya.
Cerita 1: Keluarga miskin, kesepakatan berbahaya, rumah seram
Ada banyak hal yang berperan di sini—terutama dengan perasaan malapetaka yang berlebihan yang dapat Anda rasakan di setiap frame dan soundtrack yang mengkatalisasinya—Anda harus melihatnya untuk merasakannya. Pencahayaan redup, karakter yang mencurigakan, mata cekung, dan dialog minimal memberikan kesan seperti film horor yang misterius dan muram, karena rumah tersebut hampir berubah menjadi predator yang menelan pemilik barunya.
Cerita 2: Bagaimana jika rumah tidak mau pamit?
Kisah kedua tidak seheboh kisah pertama, karena kita melihat seekor tikus antropomorfik berusaha melunasi utangnya dengan menjual rumahnya. Masalahnya? Ratusan hama dan serangga menjijikkan tinggal di dalam rumah, dan karenanya rumah itu tetap tidak terjual meskipun sudah dicoba berulang kali. Pesannya jelas: dia mungkin ingin melarikan diri, tetapi "Rumah" akan menahannya.
Cerita 3: Berbeda dari yang sebelumnya, menawarkan akhir yang bahagia
Bab terakhir adalah tentang Rosa, seekor kucing, yang tidak berhasil mendapatkan uang sewa dari dua penyewanya. Banjir besar telah memusnahkan segalanya, dan tampaknya hanya rumah itu yang tersisa. Rumah itu membuatnya aman, hangat, dan nyaman, dan tidak seperti dua cerita sebelumnya, di sini, rumah itu juga meyakinkan Rosa akan rasa memiliki. Rumah itu hampir menjadi keluarga yang tidak pernah dia miliki.
Tonton film ini di Netflix
The House memanfaatkan animasi stop-motion yang memukau untuk menghidupkan beberapa realitas alternatif yang menarik, tetapi yang tetap menjadi penyebut umum di seluruh cerita ini adalah bahwa masalah intinya tetap manusiawi — mudah diidentifikasi dan sangat berhubungan. Akhirnya, terlepas dari firasat buruk yang menembusnya, The House berhasil membangkitkan emosi ketakutan, kegembiraan, dan ketegangan, yang pada akhirnya menjadikannya tontonan yang memikat.