Cara teknologi AI milik NASA memperingatkan "cuaca luar angkasa berbahaya"
Berkat pusat-pusat prakiraan cuaca, kita diperingatkan jauh sebelum terjadi cuaca buruk di Bumi. Tapi bagaimana dengan badai matahari atau peristiwa antariksa lainnya yang berbahaya? Kita tidak perlu khawatir lagi karena NASA sudah siap menghadapinya. Badan antariksa tersebut berhasil mengembangkan pemodelan komputer baru yang menggabungkan kecerdasan buatan dan data satelit, sehingga dapat "menyampaikan peringatan akan cuaca antariksa yang berbahaya."
Apa perlunya mempelajari cuaca antariksa?
Matahari terus-menerus memuntahkan "materi surya" ke luar angkasa, baik dalam aliran yang stabil, berupa angin surya, atau semburan yang lebih pendek dan penuh energi. Ketika materi surya ini bersentuhan dengan medan magnet Bumi, maka terciptalah apa yang disebut "badai geomagnetik". Dampak yang dihasilkan dari badai ini dapat bervariasi dari yang ringan hingga ekstrem, tetapi belakangan badai ini menjadi perhatian.
Badai matahari paling kuat yang pernah terekam ialah Peristiwa Carrington
Badai matahari paling kuat yang pernah terekam hingga saat ini terjadi pada tahun 1959, yang disebut sebagai Peristiwa Carrington. Badai ini menyebabkan kebakaran di stasiun telegraf, sehingga pesan-pesan tidak dapat disampaikan. Jika insiden seperti Peristiwa Carrington terjadi hari ini, dampak yang ditimbulkan akan jauh lebih serius. Dampaknya bisa berupa gangguan listrik, pemadaman lampu secara terus-menerus, dan gangguan pada sistem komunikasi global.
Bagaimana pemodelan AI ini dikembangkan?
Para peneliti menggunakan metode AI yang disebut "deep learning", yaitu komputer dilatih menggunakan data sebelumnya. Tim peneliti menggunakan teknik ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengukuran angin matahari dari misi luar angkasa dan gangguan geomagnetik yang tercatat di stasiun bumi di seluruh dunia.
Sistem NASA dapat memberikan peringatan 30 menit sebelumnya
Dengan menggunakan AI jenis ini, tim tersebut menciptakan model komputer bernama DAGGER (Deep Learning Geomagnetic Perturbation) yang diklaim dapat "dengan cepat dan akurat memprediksi gangguan geomagnetik di seluruh dunia," dan dapat memberikan peringatan 30 menit sebelum gangguan terjadi. "Model ini dapat menghasilkan prediksi dalam waktu kurang dari satu detik, dan prediksinya diperbarui setiap menit," ungkap NASA dalam sebuah postingan blog.
DAGGER dapat "dengan cepat dan akurat meramalkan dampak badai"
DAGGER telah diuji coba pada dua badai geomagnet yang terjadi pada bulan Agustus 2011 dan Maret 2015. Dalam kedua skenario tersebut, DAGGER dapat "dengan cepat dan akurat meramalkan dampak badai di seluruh dunia." DAGGER adalah sistem pertama yang menggabungkan "AI dengan pengukuran nyata dari luar angkasa dan di Bumi untuk menghasilkan prediksi terkini yang cepat dan tepat untuk berbagai lokasi di seluruh dunia," beber NASA.
Dapat meminimalkan dan mencegah "kehancuran hidup manusia"
"Dengan AI ini, sekarang kita bisa membuat prediksi global yang cepat dan akurat serta mengambil keputusan jika terjadi badai matahari, sehingga meminimalkan-atau bahkan mencegah-kehancuran masyarakat modern," ujar Vishal Upendran dari Pusat Astronomi dan Astrofisika Antar-Universitas India.
Kode komputer DAGGER telah tersedia untuk umum
Kode komputer pemodelan DAGGER bersifat open source, dan dapat digunakan oleh operator jaringan listrik, pengendali satelit, dan perusahaan telekomunikasi, untuk membuat prediksi sesuai dengan kebutuhan mereka, demikian menurut Upendran. Peringatan yang tepat waktu dapat membantu mereka "melindungi aset dan infrastruktur dari badai matahari yang akan datang" dengan menonaktifkan sistem untuk sementara waktu atau memindahkan satelit ke orbit yang berbeda.