Telegram vs WhatsApp: Mengapa kedua perusahaan itu menjalani pertarungan sengit
Pekan lalu, Will Cathcart, selaku kepala WhatsApp, memanggil Telegram untuk kebijakan enkripsinya. Cathcart mengkritik Telegram dengan mengatakan itu tidak dienkripsi end-to-end secara setelan awalnya dan megindikasikan ada kekurangan lainnya juga, dengan mengacu pada artikel dariWired. Kali ini, Telegram membantah klaim tersebut yang mengatakan artikel dari Wired berisi banyak kesalahan dan tim editorial mereka mengabaikan komentar dan tanggapan dari perusahaan.
Bagaimana perseteruan ini dimulai
Cathcart muncul di Twitter untuk mengkritik implementasi enkripsi end-to-end (E2EE) dari Telegram. Mengutip artikel dari Wired, Cathcart menuliskan, "Telegram memiliki kapasitas untuk membagikan hampir semua informasi rahasia yang diminta pemerintah." Dia mengatakan bahwa kebijakan E2EE Telegram belum diverifikasi secara independen dan ada potensi kebocoran data, termasuk fitur E2EE tidak diaktifkan secara setingan awalnya dan tidak tersedia untuk obrolan grup.
Cathcart melangkah lebih jauh dengan mengatakan "jangan gunakan telegram"
Cathcart mengungkapkan bahwa Telegram kurang transparan. Dia juga menuduh perusahaan dengan faulty location API dapat mengungkapkan lokasi para penggunanya hingga sekitar radius 3 km. Kepala WhatsApp mengatakan itu adalah "aplikasi perpesanan end-to-end hebat" dan Dia lebih lanjut mengatakan "Jika Anda tidak akan menggunakan WhatsApp, gunakanlh aplikasi yang lain- jangan gunakan Telegram."
Begini tanggapan Telegram
Telegram telah menanggapi tuduhan yang dibuat oleh WhatsApp dan mengatakan bahwa Cathcart salah tentang protokol perusahaan yang tidak diverifikasi secara independen. Menampik klaim tentang pelacakan lokasi, Telegram mengklarifikasi bahwa pengguna harus secara eksplisit mengatur visibilitas ke 'publik'. Hanya 0,01% pengguna yang telah melakukan ini, kata perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut juga menyoroti beberapa kesalahan dalam artikel Wired.
Telegram menggunakan infrastruktur yang terdistribusi untuk melindungi data
Di halaman FAQ, Telegram mencatat bahwa perusahaan itu menggunakan infrastruktur yang terdistribusi untuk melindungi data yang dicakup oleh enkripsi end-to-end. "Data di cloud chat disimpan di beberapa pusat data di seluruh dunia yang dikendalikan oleh berbagai badan hukum yang tersebar di berbagai wilayah yurisdiksi," kata Telegram. Mereka juga menyebutkan bahwa kunci dekripsi obrolan dibagi menjadi beberapa bagian dan tidak pernah disimpan di tempat yang sama.