5 penemuan teratas tentang Matahari pada tahun 2023
Matahari telah menjadi pusat perhatian pada tahun 2023, dengan beberapa penemuan inovatif tentang benda paling kuat di tata surya ini. Para ilmuwan telah menemukan bahwa Matahari mungkin lebih kecil dari perkiraan semula dan mungkin juga terdapat bintang jatuh. Temuan ini memperdalam pemahaman kita tentang bintang asal kita dan pengaruhnya terhadap dunia tempat kita tinggal.
Ukuran sebenarnya dari Matahari
Para peneliti menemukan bahwa korona Matahari, atau atmosfer terluarnya, tidak meluas sejauh yang diperkirakan sebelumnya. Penemuan ini membuat bintang raksasa itu sedikit lebih kecil dari yang kita duga. Hingga saat ini, cara terbaik untuk mempelajari korona Matahari adalah pada saat gerhana matahari, yaitu saat ia terlihat mengelilingi Bulan. Namun kemajuan teknologi telah memungkinkan para ilmuwan mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Temuan terbaru mengungkapkan bahwa Matahari berukuran 0,03%-0,07% lebih kecil, yang mungkin berdampak pada penelitian di masa depan.
Seperti Bumi, Matahari juga menghasilkan aurora
Tahukah Anda bahwa Matahari dapat menghasilkan fenomena mirip aurora, serupa dengan yang terlihat di Bumi dan planet lain seperti Jupiter dan Saturnus? Para ilmuwan telah mengidentifikasi sinyal radio yang berasal dari bintik matahari, daerah dingin di permukaan Matahari yang tampak gelap dengan menggunakan teleskop radio. Frekuensi gelombang radio ditemukan identik dengan frekuensi aurora di Bumi. Hal ini menunjukkan proses aurora yang terjadi di Matahari mungkin serupa dengan yang terjadi di Bumi.
Ledakan matahari paling dahsyat yang melanda Bumi
Para peneliti juga menemukan bukti adanya badai matahari super yang disebut Peristiwa Miyake yang terjadi 14.000 tahun lalu. Ini mungkin merupakan ledakan matahari paling kuat yang menghantam Bumi. Bukti peristiwa ini digali dari fosil lingkaran pohon di Pegunungan Alpen Prancis. Badai radiasi matahari terjadi ketika letusan magnet berskala besar mempercepat partikel bermuatan di atmosfer matahari hingga kecepatan yang sangat tinggi, menurut NOAA. Baru-baru ini, Matahari melepaskan jilatan api matahari kelas X yang energik, yang paling kuat sejak tahun 2017.
Matahari mempunyai bintang jatuhnya sendiri
Pada bulan Juli, para ilmuwan menemukan bahwa Matahari memiliki "bintang jatuh" sendiri. Bintang-bintang ini adalah bongkahan plasma padat yang jatuh ke atmosfer Matahari, seperti meteor atau batuan luar angkasa yang jatuh melalui atmosfer bumi. Mereka sedikit lebih dingin dari lingkungan sekitar mereka. Bongkahan plasma terbesar berukuran lebar hingga 700 km dan tampaknya mengikuti jalur yang dibuat oleh medan magnet Matahari. Para ilmuwan menyebut fenomena api ini sebagai "hujan koronal".
Picojet bisa memicu angin matahari
Pada bulan Agustus, para ilmuwan menemukan pancaran energi berumur pendek, yang disebut picojet, yang berasal dari titik gelap kecil di Matahari, yaitu lubang koronal. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan Solar Orbiter milik Badan Antariksa Eropa. "Picojet" ini diteorikan dapat memicu angin matahari, dengan menyediakan energi dan materi yang dibutuhkan. Menurut NASA, angin matahari adalah aliran partikel bermuatan yang terus menerus keluar dari korona Matahari. Picojet juga bisa menjelaskan mengapa korona Matahari lebih panas dibandingkan permukaannya.
Siklus matahari mungkin saja lebih pendek di masa lalu
Matahari sedang menuju puncak siklus mataharinya, yang disebut solar maksimum. Siklus ini diperkirakan akan mencapai maksimum pada tahun 2024. Siklus matahari berlangsung selama 11 tahun. Yang sedang berjalan merupakan siklus ke 25 dan dimulai pada tahun 2019. Teks kuno Korea menunjukkan bahwa siklus matahari di masa lalu mungkin lebih pendek dibandingkan siklus 11 tahun saat ini. Studi tersebut mengamati periode antara 1645 dan 1715, yang disebut Maunder Minimum dan menunjukkan bahwa siklus matahari hanya berlangsung selama delapan tahun.