Roket H3 Jepang gagal lepas landas: Inilah yang terjadi
Roket H3 baru Jepang tidak lepas landas seperti yang direncanakan dari JAXA (Badan Eksplorasi Antariksa Jepang) Tanegashima Space Center. Salah satu dari dua booster solid yang dipasang ke sisi kendaraan luar angkasa tidak menyala, menyebabkan penghentian upaya peluncuran roket pertama kali ini. H3 seharusnya melepaskan satelit pengamat Bumi ke orbit. Inilah yang terjadi.
Mengapa artikel ini penting?
JAXA dan mitra komersialnya, Mitsubishi Heavy Industries, telah menghabiskan waktu sekitar satu dekade untuk mengembangkan roket H3. Kendaraan luar angkasa ini dirancang untuk membawa satelit pemerintah dan komersial ke orbit dan juga mengirimkan pasokan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Roket unggulan ini, yang dibangun agar fleksibel dan hemat biaya, diharapkan segera menggantikan model H-2A Jepang.
Roket H3 tetap terikat di darat
Hitungan mundur peluncuran roket H3 berlanjut hingga T-0, yang terjadi sesuai rencana pada pukul 20:37 EST, 16 Februari (7:07 IST, 17 Februari). Dua mesin LE-9 yang menggerakkan tahap inti kendaraan dinyalakan, tetapi salah satu dari dua solid rocket booster gagal menyala. Roket setinggi 187 kaki itu tetap terikat di landasan peluncuran dan utuh.
Mengapa booster gagal menyala?
Sampai sekarang, tidak jelas mengapa booster gagal menyala. JAXA saat ini sedang menyelidiki penyebab kegagalan mesin. Roket H3 awalnya dijadwalkan lepas landas pada 14 Februari tetapi peluncurannya ditunda karena cuaca buruk.
ALOS-3 secara teratur akan memantau area daratan di seluruh dunia
Muatan di dalam roket H3 adalah Advanced Land Observing Satellite-3 (ALOS-3), juga disebut DAICHI-3. ALOS-3 seberat 3 ton, yang akan diposisikan di orbit rendah Bumi, akan dapat melihat fitur sekecil 2,6 kaki di permukaan Bumi, menurut JAXA. ALOS-3 secara teratur akan memantau wilayah daratan, tidak hanya di Jepang tetapi juga di seluruh dunia.
ALOS-3 akan membantu pemantauan dan respons bencana
Mengingat kemampuan pencitraan ALOS-3 yang unik, data yang diperoleh satelit akan memiliki beberapa aplikasi, salah satunya adalah manajemen bencana. ALOS-3 "akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan informasi geospasial global" dan aplikasi yang terkait dengan pemantauan lingkungan pesisir dan vegetasi. ALOS-3 juga dilengkapi dengan sensor infra merah untuk mendeteksi rudal balistik Korea Utara.