Hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang platform media sosial baru Clubhouse
Clubhouse merupakan aplikasi jejaring sosial berbasis audio yang memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam diskusi tentang berbagai topik menarik. Mereka juga dapat mendengarkan percakapan para pesohor secara langsung dengan bergabung ke ruang obrolan. Namun, aplikasi ini dikhususkan bagi orang yang diundang dan perangkat iOS saja, serta tidak dapat diunduh melalui App Store. Sifatnya yang eksklusif itu turut mengatrol popularitas platform ini.
Clubhouse gunakan model keanggotaan ala kapal pesiar dan ruang obrolan bergaya podcast
Layaknya klub kapal pesiar sungguhan, seseorang memerlukan undangan dari pengguna lain yang sudah terdaftar untuk bergabung ke Clubhouse. Awalnya, setiap pengguna baru hanya bisa mengirim dua undangan. Setelah mendaftar, pengguna diminta memilih topik yang diminati sebagai acuan Clubhouse untuk merekomendasikan ruang obrolan dan pengguna yang dapat diikuti. Ruang obrolan mirip seperti podcast dengan beberapa pembicara dan banyak pendengar.
Obrolan Clubhouse terpaksa dialihkan ke siaran langsung YouTube akibat batasan peserta dan konten
Tiap ruang obrolan hanya memperbolehkan jumlah peserta yang terbatas. Ruang tersebut akan hilang setelah percakapan berakhir. Hal ini pun menarik perhatian kreator konten YouTube, yang kemudian merekam dan menyiarkan langsung ruang obrolan dari Clubhouse. Kehebohan seputar platform ini bahkan mendorong CEO Tesla Elon Musk untuk mewawancarai CEO aplikasi Robinhood, Vlad Tenev di Clubhouse setelah mencuatnya fenomena WallStreetBets belum lama ini.
Undangan Clubhouse dijual ke forum dan platform jual beli di internet
Dengan harga mencapai 125 dolar, pengguna dapat membeli undangan yang dijual secara online di Reddit, eBay, dan Craigslist, namun banyak iklan yang tampak mencurigakan. Kendati Clubhouse telah beroperasi sejak Maret tahun lalu, permintaan undangan melonjak usai Musk mempromosikan aplikasi itu dengan mengangkat tema kebebasan berpendapat. Meskipun dibatasi oleh undangan dan hanya ada di iOS, Clubhouse telah mencapai angka 2 juta pengguna pada Februari.
Musk wawancarai CEO Robinhood; Zuckerberg iklankan AR di aplikasi Clubhouse
Interaksi Musk yang menghebohkan di Clubhouse pun mencapai batas 5.000 pendengar hanya dalam hitungan detik, platform ini juga menyiarkan bos Facebook Mark Zuckerberg dalam The Good Time Show, sebuah ruang obrolan populer yang rutin digelar di aplikasi tersebut. Zuckerberg memanfaatkan kesempatan itu untuk mengiklankan proyek Facebook dalam ranah realitas virtual dan berimbuh (VR dan AR), walaupun di balik layar perusahaan miliknya sedang menggarap aplikasi yang mirip Clubhouse.
Diplomasi Silicon Valley: Musk ajak Putin ngobrol di Clubhouse
Menariknya, baru-baru ini Musk mengundang pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk bercakap-cakap di Clubhouse sebagai cara baru dalam berhubungan diplomatis, sementara peneliti kecerdasan buatan dari MIT, Lex Fridman menawarkan diri menjadi penerjemah/moderator untuk diskusi tersebut. Musk memiliki hubungan yang kurang baik dengan badan antariksa Rusia akibat rivalitas dengan SpaceX, jadi Clubhouse dapat berfungsi sebagai media unik untuk mencairkan suasana.
Melejitnya reputasi Clubhouse: Promosi dari selebritas, eksklusif, dan interaksi alami
Clubhouse tampaknya berhasil memaksimalkan upaya mereka sebagai perusahaan rintisan di kancah media sosial kontemporer. Strategi ini setali tiga uang dengan Facebook yang awalnya hanya mengizinkan pemilik alamat email harvard.edu untuk mendaftar. Clubhouse menyatakan sedang berusaha agar platform ini tersedia untuk "seluruh dunia". Aspek lain yang menjadi keunggulan Clubhouse ialah interaksi yang lebih alami dan menarik melalui audio secara real time.
Clubhouse dirancang bukan sekadar untuk mengakses konten
Platform media sosial yang sudah ada seperti Twitter serta Facebook juga menyediakan konten audio dan video bagi pengguna. Namun, konten tersebut dirancang supaya diakses secara pasif layaknya televisi. Model Clubhouse yang unik memungkinkan interaksi secara langsung antara individu. Pengguna bisa berkomunikasi sesama pengguna lain maupun selebritas ternama dengan turut andil dalam diskusi panel dan mengobrol dengan anggota lain di platform ini.
Aplikasi ini memberikan wadah untuk menyimak obrolan yang bermakna secara real time
Dalam hal ini, Clubhouse memanfaatkan adanya kebutuhan akan interaksi yang realistis antara manusia. Selama pandemi COVID-19 dan karantina yang diterapkan, kurangnya interaksi personal mendorong orang-orang untuk mencari cara agar saling terhubung di dunia maya. Interaksi berbasis suara yang terjadi secara langsung di aplikasi Clubhouse mengisi kekosongan tersebut. Platform ini memberi pengguna wadah untuk menjalin komunikasi sekaligus berpartisipasi dalam diskusi mengenai topik-topik yang mereka minati.
Tiongkok memblokir Clubhouse tapi masyarakat sudah membahas topik terlarang
Terlepas dari kecenderungan pemerintah Tiongkok untuk membungkam suara-suara perlawanan, Clubhouse sempat tersedia di negara tersebut hingga baru-baru ini. Konon pengguna dari negara itu membahas topik yang biasanya disensor seperti demokrasi, Hong Kong, dan kampung Uighur di Xinjiang. Secara terpisah, beberapa situs jual beli Tiongkok seperti Xianyu dan TaoBao menjual undangan Clubhouse dengan kisaran harga antara 150 hingga 400 yuan (23 hingga 61 dolar).
Perusahaan teknologi besar kesulitan menyensor konten siaran langsung
Sebagai catatan, Clubhouse tidak menyimpan data log atau menggelar live streaming di platform besutannya, sebagaimana yang dilakukan Twitch. Hal ini membuatnya lebih kebal terhadap upaya moderasi dari sejumlah perusahaan teknologi besar. Moderasi untuk konten siaran langsung tidak bisa seefektif pada konten berkelanjutan (persistent content) yang marak saat ini. Clubhouse dapat menjadi benteng pertahanan baru untuk kebebasan berpendapat, seperti terlihat dari keputusan pemerintah Tiongkok yang segera memblokirnya.
Masa berlaku konten membuat pengguna terus memantau agar tak ketinggalan
Terakhir, konten yang memiliki batas waktu akan menimbulkan perasaan takut ketinggalan (fear of missing out atau biasa disingkat FOMO) dalam diri pengguna, sehingga mereka terus mendengarkan karena obrolan yang sudah selesai tidak dapat diakses lagi. Kendati mirip dengan cara kerja platform media sosial lain, pengguna agaknya tidak akan mengabaikan pemberitahuan untuk bergabung dalam obrolan yang bisa berlanjut menjadi diskusi menarik dan berwawasan antara para pengguna yang sepemikiran.