5 Fakta Penting Tentang Reaktor Fusi Nuklir Terbesar Di Dunia
Reaktor fusi nuklir eksperimental terbesar di dunia, yang disebut JT-60SA, telah mulai resmi beroperasi di Jepang. Reaktor ini beroperasi dengan fusi nuklir, proses yang sama yang menggerakkan Matahari. Fusi nuklir berbeda dengan fisi. Proses ini melibatkan penggabungan dua inti atom, bukan pemisahan satu atom. JT-60SA merupakan hasil kolaborasi Uni Eropa dan Jepang. Proyek ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi fusi sebagai sumber energi yang aman, melimpah, dan bebas karbon, dimana energi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan inputnya.
JT-60SA Mampu Menampung Plasma Yang Dipanaskan Hingga 200 Juta Derajat Celcius
Reaktor JT-60SA setinggi enam lantai dilengkapi dengan wadah "tokamak" berbentuk donat yang dirancang untuk menampung plasma yang dipanaskan hingga 200 juta derajat Celcius. Reaktor ini berfungsi sebagai pendahulu dari International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER), yang saat ini sedang dibangun di Perancis. Kedua proyek tersebut bertujuan untuk mencapai fusi nuklir dengan menggabungkan inti hidrogen menjadi helium, melepaskan energi dalam bentuk cahaya dan panas, mirip dengan Matahari. Para peneliti di ITER berharap dapat mencapai tujuan akhir dari teknologi fusi nuklir: energi bersih.
Bersih, Tanpa Emisi Rumah Kaca
Dengan menghasilkan energi fusi yang tidak menyebabkan emisi karbon dioksida, sehingga penting dalam usaha bersama untuk menuju emisi nol yang bersih. Reaksi fusi juga "secara intrinsik aman" karena berhenti ketika pasokan bahan bakar atau sumber listrik dimatikan. Hasilnya, reaksi fusi berfungsi sebagai "salah satu sumber energi generasi mendatang" yang sekaligus dapat "mengatasi tantangan pasokan energi dan lingkungan hidup."
Bahan Bakar Nuklir Dalam Jumlah Kecil Dapat Menghasilkan Banyak Energi
SA dalam JT-60SA adalah singkatan dari "super, advanced" karena percobaan ini akan melibatkan kumparan superkonduktor dan mempelajari mode operasi plasma tingkat lanjut. Bahan bakar yang diperlukan untuk reaksi fusi tersedia secara luas. Berdasarkan blog resminya, terdapat "persediaan yang cukup untuk bertahan jutaan tahun". Sebagai gambaran, 60kg bahan bakar fusi dapat menghasilkan jumlah energi yang sama dengan 250.000 ton minyak. Pembangkit fusi juga dapat melengkapi pasokan listrik dari energi terbarukan dengan menyediakan listrik "beban dasar" bila diperlukan.
Reaksi Fusi Tidak Menghasilkan Limbah Radioaktif Yang Bertahan Lama
Berbeda dengan reaksi fisi, proses fusi tidak menimbulkan risiko kecelakaan nuklir yang dahsyat, seperti insiden Fukushima pada tahun 2011. Reaksi fusi nuklir menghasilkan limbah radioaktif yang jauh lebih sedikit dibandingkan pembangkit listrik saat ini. Komisaris energi Uni Eropa, Kadri Simson menyebut JT-60SA sebagai "tokamak adalah teknologi paling canggih di dunia," dan menambahkan bahwa peluncurannya menandai "tonggak sejarah fusi." "Fusi berpotensi menjadi komponen kunci bauran energi pada paruh kedua abad ini," tambah Simson.
Reaktor Tersebut Membutuhkan Waktu Lebih Dari Satu Dekade Untuk Diselesaikan
JT-60SA merupakan hasil kolaborasi lebih dari 500 ilmuwan, insinyur, dan lebih dari 70 perusahaan dari Eropa dan Jepang. Pengembangan perangkat dimulai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2020 dengan berakhirnya perakitan. Sejak itu, beberapa perbaikan teknis telah dilakukan. Biaya keseluruhan dari proyek ini untuk tahap konstruksi diperkirakan sebesar €560 juta.