Tahun 2023 adalah tahun terpanas: Faktor apa yang menyebabkan hal ini?
Tahun 2023 masuk dalam sejarah sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Suhu rata-rata bumi mencapai 1,48 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri, menurut Copernicus Climate Change Service. Hal ini memecahkan rekor suhu global sebelumnya sebesar hampir dua persepuluh derajat, menandai lonjakan terbesar yang pernah diamati. Pengumuman ini bukanlah hal yang mengejutkan bagi para ilmuwan yang telah menyaksikan peristiwa cuaca ekstrem pada tahun lalu, termasuk kebakaran hutan yang hebat, gelombang panas laut yang mematikan, dan bencana banjir.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rekor panas
El Nino, pola iklim global yang ditandai dengan hangatnya perairan Samudra Pasifik, berperan penting dalam meningkatkan suhu rata-rata planet. Faktor lainnya termasuk melemahnya angin barat, berkurangnya debu Sahara di udara, dan penurunan aerosol yang menghalangi sinar matahari karena upaya mengurangi polusi udara. Selain itu, letusan gunung berapi besar di bawah air Hunga Tonga-Hunga Ha'apai pada Januari 2022 melepaskan sejumlah besar uap air ke atmosfer, yang selanjutnya memerangkap panas di dekat permukaan bumi.
Lautan merupakan indikator penting perubahan iklim
Copernicus Climate Change Service juga mengaitkan kondisi yang memecahkan rekor tahun ini sebagian karena pemanasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di permukaan air lautan. Gelombang panas laut teramati mulai dari Samudera Hindia hingga Teluk Meksiko, sebagian Samudera Atlantik mengalami suhu 4-5 derajat Celcius di atas rata-rata. Ahli kelautan Karina von Schuckmann mengatakan bahwa cepatnya pemanasan air laut merupakan sinyal jelas dari ketidakseimbangan energi bumi, dimana panas terbentuk lebih cepat daripada yang dapat dilepaskan dari planet ini.
Planet mendekati batas 1,5°C
Dunia hampir melampaui target iklim yang membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Iklim Paris. Direktur Copernicus Carlo Buontempo memperingatkan bahwa pada akhir bulan Januari atau Februari, suhu rata-rata tahunan planet ini mungkin akan melampaui batas tersebut. Meskipun beberapa kelompok ilmu iklim, seperti Berkeley Earth, berpendapat bahwa batas tersebut telah terlampaui, untuk memastikan hal ini diperlukan suhu yang terus-menerus berada di atas ambang batas selama setidaknya 20 tahun.
Jalan di depan
Tahun 2023 merupakan tahun peringatan yang jelas mengenai apa yang akan terjadi di masa depan jika tindakan segera tidak diambil. "Sebagai masyarakat, kita harus lebih baik dalam memanfaatkan pengetahuan ini karena masa depan tidak akan seperti masa lalu kita," desak Buontempo seraya menekankan pentingnya tindakan kolektif. Paulo Ceppi, ilmuwan iklim di Imperial College London, menekankan bahwa mencapai emisi gas rumah kaca "net zero" sangat penting untuk membalikkan tren pemanasan jangka panjang bumi.