5 teori yang menjelaskan penyebab kita bermimpi
Apa ceritanya
Anda pernah terbangun dari tidur karena bermimpi menuruni tangga, salah melangkah, lalu jatuh? Anda tidak sendirian.
Banyak orang mengalami mimpi aneh—ada yang kita ingat, ada pula yang tidak.
Pelopor psikoanalisis Sigmund Freud berteori bahwa mimpi adalah manifestasi pikiran bawah sadar kita.
Berikut beberapa teori populer tentang penyebab kita bermimpi.
#1
Teori pencapaian keinginan Sigmund Freud
Menurut Freud, alam bawah sadar mencoba menyelesaikan permasalahan atau memberi tahu kita tentang keinginan yang terpendam melalui mimpi.
Mimpi merupakan upaya yang dilakukan alam bawah sadar untuk menyelesaikan konflik, atau "memenuhi keinginan terpendam secara terselubung."
Teori ini percaya bahwa kita bermimpi untuk memuaskan keinginan kita sendiri.
Namun, selama bertahun-tahun, teori itu terbukti keliru karena tidak semua mimpi itu punya arti.
#2
Teori simulasi ancaman
Psikolog Finlandia Antti Revonsuo menemukan, selama tidur rapid eye movement (REM), bagian otak yang merespons bahaya bekerja dengan cara yang sama ketika mendapat ancaman.
Teori ini menyatakan bahwa mimpi negatif mencoba membantu kita berlatih menghadapi kejadian nyata yang serupa, mengenali ancaman, serta lebih cepat dan otomatis menghindari situasi itu.
Mimpi adalah sifat evolusioner yang membantu kita menjaga keselamatan.
#3
Teori ekspresi mental langsung Carl Jung
Carl Jung meyakini bahwa mimpi mengungkapkan keadaan bawah sadar individu melalui simbol-simbol yang sangat berbeda dari bahasa komunikasi.
Dia juga percaya, simbol-simbol itu memiliki pola universal yang secara alami berada dalam kesadaran manusia.
Berdasarkan teori ini mimpi mempunyai dua fungsi—untuk mengurangi ketidakseimbangan dalam jiwa orang yang bermimpi dan membuatnya mengantisipasi masa depan.
#4
Teori aktivasi-sintesis
Selama tahap tidur REM, sinyal elektrik yang bernama elektroensefalogram melalui otak kita.
Pada 1970-an, profesor Harvard Allan Hobson dan Robert McCarley berteori bahwa otak secara alami bereaksi dalam upaya memahami stimulus.
Menurut teori itu, mimpi tidak bermakna intrinsik dan merupakan efek samping dari aktivitas normal otak.
#5
Teori pemrosesan informasi
Mimpi membantu kita memilah peristiwa dalam satu hari lalu menggabungkan serta menata ingatan kita.
Teori pengaturan mandiri menjelaskan, mimpi adalah efek samping aktivitas saraf otak ketika terjadi pembentukan ingatan selama tidur.
Selagi kita bermimpi, kenangan yang berguna menjadi lebih kuat, sedangkan yang kurang penting mulai menghilang.
Menurut penelitian, ketika seseorang bermimpi tentang pekerjaan-pekerjaan rumit, performa orang itu akan meningkat.