Masak dengan tenaga surya: Konsep, keunggulan, dan kebutuhan mendesak
Apa ceritanya
Ada pepatah mengatakan, "Biarkan sinar matahari masuk". Ternyata ungkapan itu bisa menjadi salah satu revolusi signifikan dalam cara kita memasak.
Dengan meningkatnya populasi, bahan bakar fosil habis lebih cepat dari yang perkiraan kita.
Karena hal tersebut menjadi isu global, muncullah ide memasak dengan tenaga surya, demi kelangsungan kehidupan umat manusia.
Mari kita pelajari lebih lanjut konsep yang mengedepankan tema keberlanjutan ini.
Konteks
Konteks
Sekitar 2,4 miliar orang di dunia memasak menggunakan biomassa dan batu bara yang menghasilkan polusi udara rumah tangga yang berbahaya.
Setiap tahun 3,2 juta orang meninggal akibat penyakit yang disebabkan polusi udara rumah tangga, dari pembakaran bahan bakar padat dan minyak tanah tanpa suplai udara yang cukup.
Memasak dengan tenaga surya merupakan alternatif yang sehat, aman, hemat, dan proaktif. Ini menjadi kebutuhan mendesak dan patut diterapkan secara global.
Konsep
Pencerahan: Biarkan matahari memasak
Memasak dengan tenaga surya berarti menggunakan sinar matahari untuk memanaskan atau memasak makanan.
Dengan demikian, kita bisa dengan mudah menggoreng, memanggang, atau memasak makanan secara presto.
Walaupun kedegarannya luar biasa, konsep ini sudah ada sejak zaman Archimedes dari Sirakusa pada era klasik.
Barulah sekarang penggunaan tenaga surya untuk memasak digalakkan.
Jenis kompor tenaga surya
Cara alami dengan sentuhan teknologi
Ada tiga jenis kompor surya.
Kompor tenaga surya tipe kotak terdiri dari kotak beserta kaca transparan di atasnya. Kita menyimpan makanan di dalamnya agar panas.
Kompor tenaga surya bersama melayani 40-50 orang sekaligus, dari situlah namanya berasal. Dua reflektor besar diletakkan di luar dapur.
Kompor tenaga surya tipe piringan dilengkapi reflektor parabola besar yang memusatkan sinar matahari pada titik fokus.
Kelebihan
Aman, murah, dan praktis: Kompor tenaga surya luar biasa
Berbeda dengan metode memasak tradisional, kompor tenaga surya tidak membutuhkan bahan bakar. Hal ini mencegah penipisan dan kerusakan bahan bakar fosil.
Kompor ini sangat terjangkau dan mudah digunakan.
Faktanya, kompor tenaga surya bebas polusi dan memberikan pengalaman memasak yang lebih aman daripada metode konvensional.
Dari merebus dan memanggang hingga presto, yang kita butuhkan hanyalah sinar matahari.
Kebutuhan mendesak
Bagaimana memasak dengan tenaga surya jadi kebutuhan mendesak
Pembakaran bahan bakar seperti kayu dan gas menjadi salah satu faktor utama perubahan iklim dan pemanasan global.
Tidak hanya itu, menurut National Library of Medicine, polusi udara dalam ruangan akibat bahan bakar padat menyumbang 3,5 juta kematian di India pada tahun 2010.
Kelompok yang paling terpengaruh adalah perempuan dan anak kecil, yang menderita penyakit-penyakit seperti kanker paru-paru, pneumonia, COPD, asma, dan leukemia.
informasi
Begini cara kerja kompor tenaga surya
Kompor tenaga surya memungkinkan masuknya sinar UV lalu mengubah energi cahaya menjadi panas. Berkat cermin, alas yang tidak tembus pandang, dan penggunaan warna gelap di dalam kompor, efek rumah kaca tercipta dengan memerangkap panas. Itulah yang menghangatkan makanan secara merata.
Sejauh mana perkembangannya?
Upaya India menggiatkan memasak dengan tenaga surya perlu 'dikompori'
Indian Oil Corporation Limited dan Union Ministry of Petroleum and Natural Gas mengembangkan kompor tenaga surya yang bernama 'Surya Nutan' pada Juni 2022 demi mengurangi ketergantungan konsumsi gas.
Platform masak dengan tenaga surya ini dapat diisi ulang dan bisa diletakkan dalam ruangan.
Namun, masih banyak lagi yang diperlukan untuk membuat kompor tenaga surya bisa diterima, terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan.
Penggunaan kompor surya untuk makanan peziarah
Organisasi keagamaan gunakan kompor tenaga surya untuk makanan peziarah
Auroville Global Village di Tamil Nadu, India memiliki dapur bertenaga surya yang dimulai sebagai eksperimen pada tahun 1970-an.
Konsep makanan untuk peziarah itu dimulai di Brahma Kumari Spiritual Trust, Gunung Abu pada tahun 1997.
Dengan dukungan dari pemerintah pusat, Kuil Tirupati dan Kuil Shirdi Saibaba memulai prosesnya secara bertahap.
Sistem ini didasarkan pada Teknologi Scheffler, yang digagas dan diimplementasikan oleh Deepak Gadhia.