Page Loader
5 alasan untuk beralih ke pangan lokal
Buah-buahan seperti alpukat dan bluberi kehilangan banyak nilai nutrisi selama perpindahan ribuan kilometer hingga sampai ke piring kita.

5 alasan untuk beralih ke pangan lokal

menulis Taufiq Al Jufri
Jan 06, 2023
11:10 am

Apa ceritanya

Pernahkah Anda bertanya-tanya soal perjalanan makanan eksotis yang begitu menarik dan mahal serta nilai gizinya? Produk luar mahal karena ada banyak uang yang digelontorkan untuk transportasi, penyimpanan, pengawetan, dan pemrosesan sebelum mencapai rumah kita. Saat pangan dipetik, enzim mulai membusuk atau mengurangi nutrisi, dan yang tertinggal adalah buah tanpa nilai gizi.

#1

Jejak ekologi pangan impor

Industri makanan berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Permintaan buah-buahan dan bahan pangan impor telah meningkatkan penggunaan bahan bakar untuk pengangkutannya dari tempat-tempat yang jauh. Untuk setiap bahan pangan impor, diperlukan sekitar 56 kkal energi bahan bakar hingga menghasilkan 1 kkal energi di piring kita. Mengejutkan, bukan? Semakin lama perjalanan produk sebelum dikirimkan kepada kita, semakin besar penurunan nutrisinya.

#2

Mengapa buah lokal lebih baik?

Pangan lokal meningkatkan kekebalan tubuh dengan enzim dan nutrisi yang diserap dari tanah lokal. Nutrisi ini membantu kita melawan infeksi setempat. Berbelanja di area lokal juga membantu mendukung petani Indonesia dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Jika buah-buahan eksotis seperti alpukat dan kiwi menghadirkan rasa yang menyegarkan di mulut kita, buah tersebut sering kekurangan nutrisi karena dipanen di awal dan perjalanan yang panjang.

#3

Biji-bijian yang ditanam secara lokal bernutrisi tinggi

Quinoa dipromosikan sebagai superfood dan dijual dengan harga tinggi. Jika quinoa dan dalia memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama, dalia tidak mengandung gluten, sehingga lebih aman bagi orang yang alergi gluten. Secara nutrisi, milet lokal seperti ragi, jowar, bajra, kangni, dan amaranth sangat cocok sebagai alternatif biji-bijian luar negeri seperti quinoa, spelt, couscous, dan teff.

#4

Pilih minyak bekatul padi sebagai pengganti minyak zaitun

Bila membandingkan minyak pribumi dengan minyak-minyak populer lain, seperti minyak zaitun, Anda akan menyadari tingginya kandungan berkhasiat di dalamnya. Minyak bekatul padi mengandung minyak vitamin E, tokoferol, tokotrienol, dan oryzanol yang lebih banyak jika dibandingkan minyak zaitun yang hanya mengandung tokotrienol. Minyak bekatul padi juga memiliki umur simpan yang lebih lama dan titik asap (penanda rasa dan nutrisi minyak mulai rusak) yang lebih tinggi.

#5

Kesimpulan

Jangan sampai menjadi korban strategi pemasaran yang diterapkan selama promosi atau iklan produk baru di pasaran. Bahan-bahan pribumi atau lokal memiliki kesegaran, mempertahankan nutrisi, dan cocok dengan tubuh kita karena sesuai iklim sekitar. Selain itu, pangan lokal terhindar dari jejak ekologis besar yang timbul akibat pengiriman bahan ke seluruh dunia. Kalau Anda ingin menjalani gaya hidup yang ramah lingkungan, jauhilah produk-produk impor.