Omnivor sosial: Tren diet terkini yang wajib Anda ketahui
Orang-orang di sejumlah negara mengikuti pola makan tanpa daging pada hari-hari tertentu dalam seminggu. Tapi pernahkah Anda mendengar orang berkata, "Saya hanya makan daging di acara-acara?" Nah, Anda barangkali pernah mendengarnya, karena itu bukanlah konsep baru. Orang dengan kebiasaan makan seperti itu sebelumnya disebut munafik. Kini, situasinya sudah berbalik. Ada istilah yang mencakup pola makan seperti ini, yaitu omnivor sosial.
Bagaimana rasanya menjadi omnivor sosial?
Omnivor sosial tidak mengonsumsi protein hewani di rumah, tetapi akan memakannya ketika berada dalam pertemuan sosial atau dengan keluarga atau teman tertentu. Pola makan itu sebagian besar mencakup pangan nabati, tetapi pengikutnya juga memberi waktu dan ruang bagi diri sendiri untuk mengonsumsi daging. Tren yang muncul ini cocok bagi mereka yang ingin memperbaiki pola makan, tetapi tidak dapat sepenuhnya berkomitmen pada gaya hidup tanpa daging.
Mengapa omnivorisme sosial mengetren?
Fleksibilitas yang menyertai omnivorisme sosial adalah daya tarik utama dari gaya hidup ini. Pola makan tersebut menghilangkan kekakuan yang menyertai kehidupan vegetarian atau bahkan kehidupan vegan. Ini memberi omnivor sosial keleluasaan untuk menikmati daging dan produk daging yang mereka sukai dalam jumlah wajar. US News & World Report baru-baru ini menilai omnivorisme sosial sebagai pola makan yang mengurangi risiko berbagai penyakit.
Apa keuntungan menjadi omnivor sosial?
Karena omnivor sosial sebagian besar bergantung pada pola makan nabati, manfaat diet ini mirip dengan vegetarian. Diet tersebut rendah kalori, mengurangi asupan lemak, dan menyediakan vitamin dan nutrisi yang lebih penting. Sebuah penelitian tahun 2019 menunjukkan, orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan nabati dan mengurangi pangan hewani berisiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular.
Apa kerugian menjadi omnivor sosial?
Kesan pertama yang didapat kebanyakan orang ketika membayangkan pola makan vegan adalah lebih sehat. Kenyataannya mungkin saja berbeda. Terkadang diet-diet menyertakan lebih banyak biji-bijian olahan dan manisan yang bukan merupakan pilihan sehat. Sebagai omnivor sosial, seseorang juga hanya akan makan daging sesekali. Plus, makanan restoran cenderung lebih tinggi kalori, lemak, dan garam.
Omnivor sosial bisa dibilang fleksitarian
Diet omnivor sosial memiliki banyak kesamaan dengan fleksitarianisme. Diet fleksitarian merupakan gabungan dari kata "fleksibel" dan "vegetarian" yang berarti vegetarian yang fleksibel. Ahli diet Dawn Jackson Blanter mencetuskan pola konsumsi ini agar vegetarisme tampak tidak begitu berat untuk diikuti dan dipraktikkan. Seperti omnivor sosial, fleksitarian memakan pangan nabati dan kadang-kadang mengonsumsi makanan hewani sewajarnya.