Jumat Agung 2022: Sejarah, makna, dan serba-serbi lainnya
Apa ceritanya
Jumat Agung atau Good Friday menjadi hari libur resmi di sebagian besar negara. Hari tersebut dikenang sebagai hari penyaliban Yesus Kristus.
Sejak awal, Jumat Agung telah diperingati sebagai hari penebusan dosa dan puasa, yang diwakili dengan baik dengan kata Jerman Karfreitag yang berarti "Jumat Kelabu".
Dalam bahasa Inggris Kuno, hari ini disebut Long Friday atau Jumat Panjang; istilah yang serupa masih digunakan dalam bahasa-bahasa Skandinavia.
#1
Apa itu Jumat Agung?
Jumat Agung memperingati penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus.
Hari itu juga dikenal dengan sebutan Jumat Suci dan Jumat Hitam.
Karena momen ini dimaksudkan sebagai peristiwa yang kelam, undang-undang di beberapa negara melarang aktivitas-aktivitas seperti menari dan pacuan kuda selama Jumat Agung.
Tanggalnya bervariasi setiap tahun berdasarkan kalender Gregorian dan Julian.
#2
Apanya yang 'baik' dari hari ini?
Tampaknya tidak hal yang "baik" (good) yang bisa dikaitkan dengan hari ini. Jadi, bagaimana bisa dinamai Jumat "Baik"?
Sebagian orang berpendapat bahwa frasa tersebut merupakan penyelewengan dari God's Friday.
Namun, menurut Oxford English Dictionary, istilah "baik" dalam konteks ini mengacu pada hari yang dianggap suci oleh gereja.
Penjelasan itu masuk akal jika dipautkan dengan sapaan good tide pada Natal.
#3
Bagaimana Jumat Agung diperingati?
Pada Abad Pertengahan, "Jalan Salib" dipopulerkan sebagai ziarah simbolis oleh Fransiskus dari Assisi.
Salib-salib diletakkan di sela-sela karya seni yang menggambarkan sejumlah adegan kehidupan Yesus.
Orang-orang pun berdoa, membaca, atau mendengar ayat-ayat Alkitab di setiap perhentian.
Banyak yang membaca bagian-bagian dari Alkitab, menghadiri khotbah, dan menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan.
Sebagian orang juga berpuasa pada hari ini.
#4
Apa saja yang berubah seiring waktu?
Sampai abad ke-4, Perjamuan Terakhir Yesus, kematian, dan Kebangkitan diperingati sekaligus pada malam sebelum Paskah.
Beberapa tradisi sekuler terkait Natal dan Paskah pun berkembang, tetapi konotasi religius Jumat Agung tidak menyebabkan tradisi maupun praktik sekuler tumpang tindih.
Banyak orang Kristen di seluruh dunia berpuasa dan menghadiri kebaktian pada Jumat Agung.