Apa yang harus diperhatikan saat membeli makanan kemasan
Banyak dari kita yang menikmati makanan kemasan tanpa mempertimbangkan risiko kesehatan yang ditimbulkannya. Lebih jauh lagi, kebiasaan mengabaikan daftar bahan dan rincian kuantitas pada kemasan terus berlanjut di antara banyak konsumen. Untuk mempelajari lebih dalam tentang masalah ini, NewsBytes menghubungi Shweta Dhyani, seorang pelatih diet dan nutrisi Ayurveda yang berbasis di Delhi, yang bertujuan untuk menggarisbawahi pentingnya pilihan makanan yang terinformasi.
Pahami label makanan sebelum membeli
Meskipun tidak semua makanan kemasan pada dasarnya tidak sehat, beberapa di antaranya dapat memberikan dampak yang merugikan bagi kesehatan. Makanan kemasan dapat menyebabkan gangguan gaya hidup, meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi, serta meningkatkan berat badan. Oleh karena itu, membaca dan memahami label makanan sebelum membeli sangatlah penting.
Bahan-bahan tersembunyi di dalam makanan kemasan
"Saya sering bertemu dengan klien yang kesulitan untuk menavigasi lanskap makanan modern. Salah satu kekhawatiran terbesarnya adalah praktik-praktik menipu yang dilakukan oleh merek-merek makanan pada label produknya," kata Dhyani. Sebagai contoh, lemak tidak sehat sering kali bersembunyi di balik istilah umum "minyak nabati". "Penyamaran ini dapat membuat kita, tanpa sadar, mengonsumsi bahan-bahan yang merugikan kesehatan dan kesejahteraan kita," katanya.
Dampak jangka panjang
"Dari perspektif Ayurveda, bahan-bahan tersembunyi ini dapat mendatangkan malapetaka pada dosha, yang merupakan tiga bioenergi yang mengatur fungsi fisik dan mental kita," Dhyani menjelaskan. Sebagai contoh, gula rafinasi dapat memperburuk kapha dosha, yang menyebabkan kenaikan berat badan dan kelesuan. Sementara itu, penggunaan minyak olahan yang berlebihan juga dapat mengganggu pencernaan dan metabolisme kita, yang menyebabkan penumpukan racun di dalam tubuh.
Bahan-bahan tidak sehat yang harus diperhatikan
Dhyani menyarankan untuk membiasakan diri Anda dengan istilah-istilah umum untuk gula dan lemak tidak sehat. "Waspadai istilah-istilah seperti sukrosa, maltosa, jus tebu yang diuapkan, dekstrosa, dan sirup jagung fruktosa tinggi, yang semuanya mengindikasikan adanya tambahan gula," katanya. "Demikian pula, waspadalah terhadap istilah-istilah seperti minyak terhidrogenasi, minyak terhidrogenasi parsial, dan minyak nabati, yang sering kali merupakan kode untuk minyak olahan," tambah Dhyani.
Poin-poin penting lainnya
Pilihlah makanan yang utuh atau tidak diproses daripada produk kemasan atau olahan. "Dengan cara ini, Anda dapat memastikan bahwa Anda mengonsumsi bahan-bahan dalam bentuk alami, bebas dari bahan tambahan atau pengawet yang tersembunyi," kata Dhyani. Selain itu, jangan hanya berfokus pada total kandungan gula atau lemak pada label. Sebaliknya, perhatikan dengan seksama informasi "per porsi", yang memberikan gambaran yang lebih tepat tentang asupan Anda dalam porsi yang khas.
Apa yang harus dihindari
Pemanis buatan termasuk aspartam, sukralosa, acesulfame kalium, dan sakarin diketahui memiliki efek buruk pada kesehatan usus dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme. Pengawet seperti natrium benzoat, kalium sorbat, dan BHA/BHT yang sering digunakan untuk memperpanjang umur simpan, dapat menjadi racun bagi tubuh. "Monosodium Glutamat sebagai penguat rasa dapat memicu sakit kepala, mual, dan gejala seperti alergi pada beberapa orang," kata Dhyani.