Feline Infectious Peritonitis: Mimpi buruk bagi pemilik kucing
Feline Infectious Peritonitis (FIP), atau Feline Coronavirus, belum lama ini melanda Siprus, yang menyebabkan kematian hampir 300.000 kucing. Sebagai tanggapan, pemerintah memberikan sisa obat COVID-19 untuk manusia kepada kucing yang terkena dampak. Wabah ini menjadi mimpi buruk bagi para pemilik kucing, karena mereka harus menghadapi momok yang mengancam hewan kesayangan mereka. Kami meminta bantuan para ahli untuk memahami penyakit mematikan yang menyerang kucing ini.
Apakah yang dimaksud Feline Infectious Peritonitis (FIP)?
FIP adalah virus yang ditemukan pada kucing, yang diakibatkan oleh virus corona kucing yang bermutasi. Meskipun virus corona kucing tersebar luas hingga pernah menjangkiti 80-90% kucing, hanya sebagian kecil (sekitar 5-10%) dari hewan terinfeksi yang akan terkena FIP. Perlu diketahui bahwa virus corona kucing dan virus corona manusia yang menyebabkan COVID-19 tidaklah sama.
Gejala-gejala FIP
FIP pada kucing dapat memiliki gejala yang berbeda pada awalnya, atau tidak ada gejala sama sekali, tergantung dari bentuk basah atau keringnya. FIP basah menunjukkan tanda-tanda seperti kehilangan nafsu makan, demam, penurunan berat badan, penyakit kuning, diare, pembengkakan perut, dan kesulitan bernapas. FIP kering disertai dengan demam, muntah, kehilangan nafsu makan, diare, kejang, pertumbuhan nodular pada organ tubuh, dan gejala neurologis seperti kebutaan dan kelumpuhan.
Apa penyebab FIP?
Terdapat dua jenis utama virus corona yang menyerang kucing: virus corona "enterik", yang terutama ditemukan di usus dan menyebabkan diare pada anak kucing yang tinggal bersama kucing lain, sering kali tanpa gejala yang terlihat. Jenis kedua, virus corona penyebab FIP, dianggap sebagai varian yang bermutasi dari jenis "enterik". Para ilmuwan saat ini sedang menyelidiki evolusi dari virus yang relatif tidak berbahaya hingga menjadi FIP yang mematikan.
Bagaimana kucing terkena FIP?
Virus corona menyebar terutama di antara kucing melalui kontak dengan kotoran yang terinfeksi, dan dapat bertahan hingga 36 jam. Virus ini bisa bertahan tidak aktif pada kucing selama bertahun-tahun dan, sayangnya, dapat bermutasi secara spontan menjadi FIP tanpa peringatan. Untungnya, sebagian besar kasus kucing yang tertular virus corona tidak berbahaya dan tidak berkembang menjadi infeksi fatal seperti FIP.
Faktor-faktor risiko
"Meskipun semua kucing bisa rentan, kami sering melihat insiden yang lebih tinggi di antara kucing yang lebih muda dan lebih tua," beber Dr. Keshav Thakur, dokter hewan di Pet Point Clinic. Dr. Thakur menyoroti bahwa kucing yang menderita stres atau sakit dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko yang lebih tinggi. Selain itu, beberapa ras kucing, seperti Abyssinian, Bengal, dan Ragdoll, dikatakan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena FIP.
Apakah kucing dapat pulih dari FIP, ataukah FIP kerap berakibat fatal?
Dr. Thakur memperingatkan bahwa ketika seekor kucing terkena bentuk aktif FIP, situasinya akan menjadi sulit. Saat ini, belum ada obat khusus untuk penyakit tersebut, tetapi pengobatan ditujukan untuk membantu mengatasi gejala dan membuat kucing merasa lebih baik. "Terkadang, sebagian kucing mungkin akan membaik untuk sementara waktu dengan pengobatan, tetapi situasi ini bisa menjadi tantangan bagi pemilik kucing," ungkapnya.
Opsi pengobatan
FIP belum ada obatnya, tetapi obat anti-virus membantu kucing yang mengalami FIP kering. Sayangnya, sebagian besar kucing dengan FIP tidak dapat bertahan hidup dan mungkin perlu ditidurkan. Dokter hewan memberikan perawatan paliatif seperti obat pereda nyeri, drainase, dan anti-inflamasi untuk membantu kucing hidup lebih lama. Namun, di Siprus, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mereka mencoba menggunakan obat-obatan COVID-19 manusia untuk mengobati kucing yang terkena FIP.