Tak terlihat dan tak bersuara: Ancaman polusi suara terhadap kehidupan laut
Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi lonjakan polusi suara laut yang signifikan, yang menimbulkan ancaman besar bagi spesies laut yang sangat bergantung pada suara untuk kelangsungan hidupnya. Lanskap suara lautan telah terganggu sebagian besar karena kehadiran kapal, survei seismik, ledakan, aktivitas konstruksi, dan perangkat sonar. Mari kita pahami bagaimana dampak buruk polusi suara mengganggu fungsi kehidupan laut.
Bergantung pada suara
Suara bawah air memainkan peran penting bagi banyak hewan laut, terutama mamalia seperti paus dan lumba-lumba yang sangat bergantung pada suara karena visibilitas yang terbatas di dalam air. Transmisi suara sangat efektif di bawah air, menjadikannya sinyal sensorik utama bagi spesies ini. Mereka memanfaatkan suara untuk berbagai aktivitas penting, termasuk komunikasi, menemukan pasangan dan mangsa, menghindari predator, navigasi, dan pertahanan wilayah.
Panik dan cemas
Suara bawah air yang intens mengganggu fungsi kehidupan yang vital bagi mamalia laut. Hal ini termasuk gangguan pendengaran sementara dan permanen atau trauma akustik, perubahan perilaku dan fisiologi, serta cedera. Ketika hewan-hewan ini berada di dekat sumber suara, mereka mungkin mengalami kepanikan, sehingga mendorong mereka untuk naik dengan cepat dalam upaya melarikan diri dari suara yang mengganggu, yang diketahui menyebabkan penyakit dekompresi.
Perangkat sonar angkatan laut
Perangkat sonar angkatan laut memancarkan suara bawah air yang paling keras, menggunakan mekanisme yang mirip dengan ekolokasi yang digunakan oleh paus dan lumba-lumba, dengan kemampuan untuk menjangkau jarak yang sangat jauh di bawah air. Selain menyebabkan kerusakan langsung seperti gangguan pendengaran, suara yang kuat ini telah menimbulkan kekhawatiran internasional tentang dampaknya terhadap cetacea, yang disorot oleh terdamparnya paus berparuh besar di Bahama pada tahun 2000.
Terdampar di Samudra Hindia
Setelah kejadian ini, terdamparnya paus secara massal yang terkait dengan latihan angkatan laut telah meluas hingga mencakup spesies lain seperti paus berparuh dan paus sperma kerdil dengan kejadian-kejadian penting di Samudra Hindia bagian utara yang terjadi bersamaan dengan aktivitas angkatan laut. Setelah kejadian tersebut, kesadaran telah meningkat mengenai terdamparnya paus secara massal yang terkait dengan penggunaan sonar, yang mengarah pada bertambahnya daftar spesies yang terdampak.
Bagaimana paus terkena dampak
Polusi suara tidak hanya membatasi jangkauan komunikasi mamalia laut, tetapi juga menyebabkan perubahan perilaku vokal mereka. Menanggapi kebisingan, mamalia laut juga dapat menggunakan langkah-langkah kompensasi seperti memperpanjang sinyal mereka, memperkuat volume panggilan mereka, menyesuaikan frekuensi suara, atau menunda sinyal sampai kebisingan mereda. Namun, adaptasi ini harus dibayar mahal oleh hewan-hewan tersebut.
Apa yang bisa dilakukan
Terbukti, polusi suara berdampak buruk pada spesies laut yang telah bergulat dengan perubahan iklim dan penangkapan ikan berlebihan. Langkah-langkah mendesak sangat penting untuk mengekang kebisingan antropogenik, termasuk kebijakan yang menargetkan kebisingan baling-baling kapal dan mengurangi suara dari sonar, senapan angin seismik, dan konstruksi. Pengembangan teknologi yang lebih tenang sangat penting, menjanjikan pemandangan laut yang dipulihkan dan potensi pemulihan kehidupan laut di tengah berbagai tantangan lingkungan ini.