Bagaimana manusia bertransisi ke tidur di ranjang
Ketika kita membayangkan tempat tidur, kita biasanya membayangkan kasur yang nyaman dengan seprai bersih, selimut yang lembut, dan bantal yang empuk. Namun, keadaan tidak selalu seperti itu. Nenek moyang kita tidur di lantai yang dingin dan keras dengan hanya beralaskan dedaunan dan jerami untuk mendapatkan kenyamanan. Jadi, bagaimana kita bertransisi dari tidur di bawah ke tidur di atas ranjang yang nyaman? Baca terus.
Nenek moyang kita yang paling awal tidur di atas pohon
Pada era sebelum Homo sapiens, kerabat kita yang mirip simpanse, Homo erectus, kemungkinan besar tidur di atas pohon, jauh dari pemangsa potensial. Dengan ditemukannya api, manusia menemukan rasa aman baru di tanah pada malam hari, karena kehangatan dan cahaya dari api menghalangi potensi ancaman. Hal ini menandai awal mula manusia tidur di atas permukaan datar.
Manusia gua tidur di atas rumput dan lapisan abu
Sekitar 77.000 tahun yang lalu, menurut Phys.org, para arkeolog menemukan 'kasur' paling awal yang diketahui di Afrika Selatan. Manusia gua biasa tidur di atas tempat tidur yang terbuat dari berkas rumput pengusir serangga di atas lapisan abu. Strategi yang disengaja ini menjaga tempat tidur tetap bersih dan terisolasi, sekaligus mencegah perayap malam yang tidak diinginkan. Abu menghalangi serangga untuk bernapas dan menggigit, dan akhirnya membuat mereka dehidrasi.
Konsep tempat tidur yang ditinggikan berasal dari Mesir kuno
Sekitar tahun 3000-1000 SM, orang-orang Mesir yang pandai memelopori konsep tempat tidur yang ditinggikan. Mereka melakukannya bukan hanya untuk menghindari ular dan hewan pengerat, tapi juga untuk memamerkan kekayaan mereka. Orang kaya memiliki tempat tidur kayu dengan bantal, sementara orang yang kurang mampu tidur di atas tikar jerami di tanah. Tempat tidur yang ditinggikan juga membantu mengatur suhu, memberikan perlindungan dari dingin dan panas.
Orang Romawi dan Yunani juga meninggikan tempat tidur mereka
Sama seperti orang Mesir, orang Romawi, dan Yunani juga meninggikan kasur mereka, dan orang Romawi terkadang membutuhkan tangga untuk mencapainya. Orang Romawi menggunakan tempat tidur dari kayu, logam, atau gading yang ditopang oleh tali atau senar. Orang kaya menikmati kemewahan kasur yang diisi dengan wol atau bulu yang lembut. Sementara itu, orang Yunani lebih fokus pada kenyamanan dan menciptakan kline, furnitur serbaguna yang menyerupai sofa modern.
Di Timur, praktik tidur sangat beragam
Di Jepang, masyarakatnya lebih menyukai kesederhanaan dari gulungan kasur katun (futon) yang diletakkan di atas tanah. Abad ke-11 Sebelum Masehi, budaya Tiongkok mengambil pendekatan yang berbeda, menciptakan tempat tidur yang ditinggikan yang terbuat dari batu bata dan tanah liat (kang), yang menawarkan kehangatan saat musim dingin. Sementara itu, di wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh saat ini, charpai, tempat tidur portabel yang terbuat dari kayu dan tali, sangat populer karena kenyamanannya untuk migrasi.
Tempat tidur era modern adalah tentang desain dan kenyamanan
Era Renaisans melihat tempat tidur bertransformasi dengan desain yang megah. Abad ke-16 melihat desain yang lebih megah lagi, memuncak pada abad ke-17 dan ke-18 dengan munculnya tempat tidur bertiang empat yang populer yang dibungkus dengan tirai. Abad ke-20 selanjutnya membawa inovasi dramatis, menandai era baru pilihan kasur dan tempat tidur. Saat ini, inovasi terus berlanjut, semua demi meningkatkan kenyamanan kita untuk tidur yang penuh mimpi.