Shibori: Seni kuno pewarna ikat Jepang
Shibori adalah metode tradisional Jepang untuk pewarnaan tahan lama dan menciptakan pola rumit pada kain. Berasal dari abad kedelapan, kain yang diwarnai dengan shibori adalah sutra, rami, dan kemudian katun. Indigo, sebagai pewarna utama, kadang-kadang ditambah dengan akar yang lebih gila dan ungu. Pola Shibori sering kali melambangkan kekaguman Jepang terhadap keindahan yang ditemukan dalam ketidaksempurnaan, sebuah konsep yang dikenal sebagai Wabi-sabi.
Inti dari Shibori
Shibori, berasal dari "shiboru" (meremas atau memeras), kurang berfokus pada teknik tertentu dan lebih banyak pada interaksi proses pewarnaan dengan kain. Ini menekankan metode mengikat, menjahit, melipat, memelintir, atau mengompres kain apa pun untuk shibori. Esensinya terletak pada memadukan karakteristik kain, warna pewarna, teknik, dan durasi pemaparan secara harmonis untuk mencapai produk akhir yang diinginkan, yang mencerminkan visi praktisi.
Asal Tiongkok
Shibori diperkenalkan ke Jepang dari Tiongkok, tetapi popularitasnya tidak meluas hingga terjadi pergolakan budaya dan seni pada zaman Edo. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Kaisar Shomu menyumbangkan barang-barang yang diberi pewarna shibori ke salah satu dari Tujuh Kuil Agung di Prefektur Nara. Seiring berjalannya waktu, variasi teknik baru bermunculan, dan metode pewarnaan lain seperti tsutsugaki, yang melibatkan pembuatan pola menggunakan pasta beras, juga menjadi populer.
Barang sehari-hari
Teknik ini dapat ditemukan pada berbagai item pakaian seperti kimono, yukata, dan jaket haori, serta pada karya seni yang dipajang di museum seperti Museum Kyoto Shibori di Jepang dan institusi yang diakui secara internasional seperti Rijksmuseum di Amsterdam. Shibori digunakan pada barang sehari-hari seperti saputangan, furoshiki (handuk pembungkus serbaguna), sarung bantal, dan tas. Teknik Shibori dapat diterapkan pada tekstil apa pun yang dapat diwarnai.
Tiga kategori
Shibori di Jepang dikategorikan menjadi tiga jenis utama: penahan terikat atau terikat, penahan lilin, dan penahan terjepit, masing-masing dengan enam teknik utama. Kumo Shibori menciptakan desain seperti jaring laba-laba dengan mengikat bagian-bagian kain. Miura Shibori menghasilkan pola seperti riak menggunakan perulangan dan pengikatan. Kanoko Shibori, mirip dengan pewarna dasi Barat, menggunakan karet gelang untuk mengikat kain, memberikan pendekatan desain shibori yang dapat disesuaikan bagi pemula.
Rumit dan berani
Nui Shibori menonjol sebagai teknik shibori yang paling rumit, menekankan pada jahitan dan pewarnaan. Metode ini secara rumit menggabungkan jahitan tangan dan pasak kayu untuk ketahanan, menghasilkan desain yang dibuat dengan cermat dan pola yang presisi. Tajime Shibori menghasilkan pola yang berani menggunakan penjepit kayu atau plastik untuk menahan pewarna, menghasilkan bentuk yang tebal dan berbeda yang dipisahkan oleh kontras warna cerah.
Keserbagunaan
Dari bantal hingga tirai dan taplak meja, kain dengan warna shibori memberikan keanggunan dan karakter pada rumah. Fleksibilitas shibori memungkinkan penyesuaian, dengan berbagai teknik menciptakan desain seperti jaring laba-laba yang memukau, atau efek riak halus pada kain dan pelapis Anda. Wallpaper yang terinspirasi nila, tatakan gelas teh, dan bahkan piring, meskipun tidak diwarnai dalam pengertian tradisional, namun dipengaruhi oleh shibori, dapat mempercantik ruang hidup mana pun.