Page Loader
#RekomendasiNewsBytes: 'Eeb Allay Ooo!', satir pedas tentang panjat sosial
'Eeb Allay Ooo!' sedang streaming di Netflix.

#RekomendasiNewsBytes: 'Eeb Allay Ooo!', satir pedas tentang panjat sosial

menulis Taufiq Al Jufri
Jan 06, 2023
11:10 am

Apa ceritanya

Di antara sekian banyak film dan serial Netflix yang didominasi nama-nama besar di industri ini, ada sebuah film avant garde absurdis berjudul Eeb Allay Ooo! (2019). Film besutan sutradara Prateek Vats ini merupakan satir pedas yang membedah banyak isu seperti imigrasi, kurangnya kesempatan kerja, dan upaya panjat sosial. Inilah alasan kami merekomendasikan film tersebut.

Plot

Tentang apa film ini?

Dipimpin Shardul Bharadwaj, Eeb Allay Ooo! mengikuti perjuangan Anjani (Bharadwaj) yang pindah ke Delhi untuk tinggal bersama saudara perempuannya. Tanpa "keterampilan kerja", satu-satunya pekerjaan yang bisa ia temukan adalah mengusir monyet, dan judul film ini diambil dari suara yang digunakan pengusir monyet tersebut. Menariknya, dalam mitologi Hindu, Anjani merupakan nama ibunda Dewa Hanuman.

#1

Mengejutkan penonton dengan topik kesenjangan sosial

Adegan pembuka film ini menunjukkan sekelompok pria yang mengeluarkan suara-suara aneh untuk mengusir monyet-monyet di Lutyens' Delhi. Tidak lama kemudian, Anjani dan atasannya berbicara panjang lebar soal kerumitan suara-suara itu, dan bagaimana seekor binatang sebenarnya berkedudukan lebih tinggi daripada manusia rendahan yang harus berpegang pada jati dirinya. Ternyata, aspirasi adalah urusan orang kaya semata.

#2

Lokasi-lokasi film jadi simbol kehidupan karakter

Sepanjang durasi satu setengah jam lebih, film ini menekankan kesenjangan yang menganga antara si kaya dan si miskin. Lokasi-lokasi pengambilan gambar pun menjadi penanda jurang tersebut, khususnya jalur kereta api yang memisahkan kawasan elit Delhi dan Jamnapaar yang "tak berkelas". Sebuah kontras antara dua dunia—satu mewah berkilauan dan satu lagi gelap putus asa. Jalan-jalan lebar dan luas di New Delhi mengolok-olok identitas Anjani yang berjalan melalui lorong-lorong suram.

#3

Penggambaran mimpi yang teredam dan keinginan yang tertekan

Anjani mewakili jutaan orang yang terjebak dalam mimpi buruk ala Kafka, di mana sebuah pemerintahan hanyalah konsep, bukan kenyataan. Menjadi pengusir monyet bukan "pekerjaan impiannya", tetapi itu satu-satunya cara untuk menyokong kehidupannya hari demi hari. Dia memang "bekerja di pemerintah", tetapi tugas itu malah merenggut kebahagiaan dan kehormatan dirinya secara brutal.

#4

Kehidupan penuh sengsara yang berakhir tragis

Kesengsaran sangat menonjol di hampir setiap adegan, tetapi sebagian dibungkus dalam rasa kasihan. Misalnya, saat Anjani mendapati dirinya terkurung di dalam kandang atau ketika kematian rekannya tidak diselidiki, tetapi malah mengundang sikap apatis dan abai. Bagi sebagian orang, tidak ada perbedaan antara hidup dan mati karena keduanya sama-sama tidak bermartabat.

Kesimpulan

'Eeb Allay Ooo!' layak mendapat tempat dalam daftar tonton kita

Eeb Alya Ooo! merupakan kisah rakyat biasa yang terkurung dalam lingkaran setan di mana segala sesuatunya selalu kembali ke titik asal, sekeras apa pun usaha seseorang. Film ini membuat kita berhenti sejenak, merenung, dan memberi pesan moral tanpa menggurui. Berat tetapi penting, satir pedas yang dirangkai secara cerdas dan dieksekusi dengan apik ini layak mendapat tempat dalam daftar tonton kita.