#NewsBytesExplainer: Memahami tes Bechdel dalam film—makna, asal, contohnya
Peranan perempuan memiliki esensi tertinggi dan membutuhkan representasi yang sangat baik dalam media seni seperti TV dan layar lebar. Sementara beberapa aktor wanita telah bekerja di ranah film selama lebih dari seabad, peran mereka direduksi menjadi tidak begitu menampakan bakat mereka yang luar biasa, dan pada kenyataannya, secara halus menghinanya. Tes Bechdel menjadi penting karena mengukur representasi perempuan dalam sebuah film. Beginilah tes tersebut berjalan.
Sebuah film harus memenuhi tiga syarat untuk lulus ujian
Sebuah film dianggap lulus uji Bechdel jika setidaknya ada dua karakter wanita di dalamnya yang berbicara satu sama lain tentang sesuatu selain pemeran pria. Sementara kriteria ini terdengar sederhana di permukaan, namun beberapa film telah gagal melakukannya. Film yang mempekerjakan wanita hanya sebagai sahabat karib/minat kecintaan/karakter gadis yang unik, dan/atau tidak memberikan karakter yang kuat, berisiko gagal dalam ujian ini.
Tes ini pertama kali muncul dalam komik tahun 1985
Tes Bechdel dianggap sebagai penanda representasi perempuan dalam film, dikembangkan oleh Alison Bechdel, seorang kartunis dan penulis memoar grafis. Sesuai laporan, tes Bechdel dipopulerkan olehnya dalam komik strip tahun 1985 berjudul Dykes to Watch Out For. Bechdel memuji temannya Liz Wallace dan penulis feminis Amerika Virginia Woolf sebagai inspirasinya di balik ide ini. Proses ini juga dikenal sebagai tes Bechdel-Wallace.
Berikut adalah film-film besar Hollywood yang lulus tes Bechdel
Meskipun tidak semua film Hollywood diharapkan berhasil, ada beberapa contoh film yang tidak mengecewakan dalam melewati tes ini. Contohnya antara lain Bend It Like Beckham, Children of Men, Frozen, Kill Bill, Ghost World, Hidden Figures, The Hunger Games, Goodfellas, American Pie 2, dan Twilight. Film sekelas The Avengers dan Gravity tidak berhasil melewati tes Bechdel.
'Raazi', 'Queen', dan film-film Hindi lainnya yang lolos
Sementara beberapa film Hindi (dan lebih banyak lagi film dari India Selatan) menjadi terkenal karena jarang mengukir karakter yang kuat untuk wanita dan hanya menggunakannya untuk "peran pemanis" atau "penghias dalam lagu ", untungnya sekarang ada di jalur yang benar. Film Drama seperti Raazi karya Meghna Gulzar, Queen karya Vikas Bahl, Lipstick Under My Burkha karya Alankrita Shrivastava, dan Badhaai Do karya Harshavardhan Kulkarni dilaporkan lulus ujian ini.